Senin, 21 Januari 2013

The Magic Of Love #4 by : Kumpulan Cerbung Dan Cerpen Idola Cilik


Part 4: awal dari semuanya

***

Alvin membawa Sivia pergi jauh entah kemana menggunakan motor tiger kesayangannya. Alvin sudah tidak sabar hendak membawa Sivia ke tempat indah yang akan ditunjukannya itu. Alvin berharap ini adalah awal dari semua. Karena Alvin juga tidak ingin kepopuleran CDRAG hancur karena cewek-cewek seperti SIOSA. Belum lagi Daud Cs yang selalu menganggu Alvin dkk. Untung saja Alvin cepat menemukan bunga lily yang berada dilereng Merapi dan menemui SIOSA. Sedikit saja Alvin terlambat menemui SIOSA. Mungkin dia dan yang lainnya sudah hilang ditelan panasnya lahar merapi. Alvin merasa beruntung memiliki seorang cewek seperti SIVIA PUTRI AZIZAH.

Motor Alvin terus melaju kencang menuju daerah perbukitan. Sivia memeluk erat Alvin. Jujur, Sivia takut apabila mesti naik ke area perbukitan. Karena sebelumnya Sivia pernah trauma dengan perbukitan. Sahabat baik Sivia meninggal tertabrak motor didaerah perbukitan. Dan kali ini Alvin membawa Sivia ke perbukitan. Sivia merasa tak sanggup dengan semua ini. Kenangan masa lalunya terputar kembali diotaknya saat Sivia dan sahabatnya bermain bersama didaerah perbukitan.

Alvin menghentikan motornya dibukit indah yang penuh ditumbuhi banyak bunga-bunga bermekaran. Sivia turun dari motor Alvin. Sivia memandang bukit berbunga itu. Dimana saat dia dan sahabatnya bermain bersama.

" Vin, kenapa kamu bawa aku kesini? Aku nggak bisa ditempat ini. Kenangan banyak banget tersimpan disini. Aku nggak sanggup, Vin. " Sivia menunduk sedih.

" Sorry, Vi. Tapi emang ada kenangan apa dibukit ini? " tanya Alvin.

" Kenangan bersama sahabatku... "

" Hmm... Ayolah, Vi. Kita nikmati aja dulu keindahan alam ini. Terus kita liat bunga-bunga indah disana. Gimana? "

Sivia menggeleng. " Nggak! Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu karena bukit ini. Sahabatku pergi tinggalin aku didaerah perbukitan. Aku selalu buat sial orang-orang yang sayang sama aku. Maafin aku, Vin. "

" Sudahlah, Vi. Itu semua cuma kenangan masa lalu kamu. Aku janji nggak akan tinggalin kamu. Karena kamu memang untukku. " Alvin membelai rambut Sivia. " Ayo kita pergi kesana. "

Sivia menggeleng lemah. " No thanks! Aku tetep nggak mau ke bukit itu Alvin. "

" Tolong, Vi. Cuma ini satu-satunya tempat indah yang aku bisa tunjukin ke kamu. "

" Tapi bukit ini penuh kenangan! Ngertiin aku dong, Vin. Aku nggak bisa ditempat ini. Banyak kenangan bersama sahabatku disini. "

" Aku udah ngertiin kamu, Vi! Tapi, kamu yang nggak bisa ngertiin aku. Ayolah, Vi. Jangan kayak gini cuma karena kenangan masa lalu kamu itu. "

" Ngertiin aku, Vin! Aku nggak bisa ke bukit itu. Aku nggak mau inget kenangan masa laluku sama sahabatku. Aku nggak bisa dan nggak sanggup buat semua itu, Vin. Tolong! "

Alvin mendengus. " Terus sekarang mau kamu apa? "

" Ayo kita ke bukit itu. " Sivia menarik tangan Alvin.

Alvin pasrah mengikuti langkah Sivia yang aneh. Padahal sebelumnya Sivia sendiri yang bilang tidak mau untuk ke bukit itu. Tapi, sekarang Sivia.

" Wow, amazing! Keren banget, Vin. Serasa aku ada disurga dunia. " Sivia berlarian riang gembira mengelilingi indahnya taman bunga. " I LOVE YOU, ALVIN JONATHAN! "

Alvin tersenyum puas memandang Sivia. Ternyata mantra sihir bunga lily itu telah sukses menyihir si manis Sivia. Alvin merasa senang karena kepopulerannya tidak hancur hanya karena SIOSA.

" Aku seneng, Vi. Kamu suka sama aku merupakan suatu keberuntungan buatku. " Alvin berjalan menghampiri Sivia. " Aku seneng karena kamu berhasil jadi milikku. "

Sivia memandang Alvin. Cahaya ungu nampak terlihat di Alvin. Sivia benar-benar tersihir dengan mantra sihir Alvin. Begitu indahnya Alvin dimata seorang SIVIA PUTRI AZIZAH.

" Kamu begitu indah dimataku. "

Alvin hanya garuk-garuk kepala yang sama sekali tidak gatal. Alvin merasa bahwa mantra sihir itu terlalu berlebihan. Alvin sangat tidak suka apabila ada cewek yang terlalu berlebihan terhadap dirinya. Alvin menganggap bahwa cewek itu norak dan kampungan. Namun, Sivia bukan cewek norak dan kampungan dimata Alvin.

" Kamu kenapa, sayang? " Sivia mengelus pipi Alvin. " Kiss dong say. "

Alvin bergidik. " A... Aku nggak apa-apa kok. " Alvin nampak sangat gugup didepan Sivia. " k... Kamu manis. "

Sivia cemberut dan menjauh dari Alvin. Sivia masih melanjutkan berlari-larian dibukit berbunga yang indah bagaikan surga itu. Alvin memukul kepalanya sendiri penuh emosi.

" Alvin bego! Cewek semanis Sivia lo sia-siain. Keterlaluan. " ucap Alvin pada dirinya sendiri. " Maafin aku, Sivia. "

Sivia memetik bunga jepun yang ada dibukit berbunga itu. " Alvin... Aku anak Bali. " Sivia memakai bunga jepun itu ditelinganya. " Aku cantik nggak, Vin? "

Alvin berlari menghampiri Sivia dan langsung memeluk Sivia dari belakang. " Kamu jegeg, Vi. " ucap Alvin. " Percis banget kamu kayak cewek Bali. "

" Jegeg apaan, Vin? "

" Cantik. Kamu itu cantik banget. "

Sivia mendongakkan kepalanya menatap Alvin. " I Love You, Alvin. "

Alvin tersenyum lalu melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Sivia. Alvin memegang pinggang Sivia. " Kamu dihatiku selamanya. "

" Kamu juga dihatiku selamanya. "

Alvin mendekati Sivia. " Jangan pergi dari aku. " bisik Alvin ditelinga Sivia. Alvin memandang wajah Sivia.

' Lumayan buat dimanfaatin. ' batin Alvin sambil semakin mendekati Sivia. Sivia menutup matanya. Hembusan nafas Alvin mulai dirasakan Sivia.

" Mmm... " Sivia mendorong Alvin perlahan. Nafasnya terasa tak beraturan.

" Aku nggak kuat, Vin. Sorry. " Sivia menunduk.

" No problem. Sorry ya, Vi. Nggak sengaja tadi. "

" It's okay! Kita main kayak film india yuk. " ajak Sivia.

" Hah? Maksudnya? "

" Ayo. "

Alvin dan Sivia saling bersembunyi dibalik pohon layaknya film-film india. Mereka berlarian kesana kemari sambil bernyanyi lagu 'chaiya chaiya'.


Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya

Saare Ishq Ki Chaaon Chal Chaiyya Chaiyya
Saare Ishq Ki Chaaon Chal Chaiyya Chaiyya
Paanv Janat Chale Chal Chaiya Chaiya

Paanv Janat Chale Chal Chaiya Chaiya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya

Saare Ishq Ki Chaaon Chal Chaiyya Chaiyya
Saare Ishq Ki Chaaon Chal Chaiyya Chaiyya
Paanv Janat Chale Chal Chaiya Chaiya
Paanv Janat Chale Chal Chaiya Chaiya

Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya

Woh Yaar Hai Jo Khusbhu Ki Tarah
Jiski Zubaan Urdu Ki Tarah
Meri Shamo-raat Meri Kaynaat Woh Yaar Mera Saiyyan Saiyyan

Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya

Gulposh Kabhi Itraye Kahin, Mehke To Nazar Aa Jaye Kahin
Gulposh Kabhi Itraye Kahin, Mehke To Nazar Aa Jaye Kahin
Taabeez Banaa Ke Pahnoo Use Aayat Ki Tarah Mil Jaaye Kahin
Taabeez Banaa Ke Pahnoo Use Aayat Ki Tarah Mil Jaaye Kahin
Gulposh Kabhi Itraye Kahin, Mehke To Nazar Aa Jaye Kahin
Mera Nagma Wahi Mera Kalma Wahi
Mera Nagma Wahi Mera Kalma Wahi
Yaar Misaale Os Chale Panv Ke Tale Firdaus Chale
Kabhi Daal Daal Kabhi Paat Paat Main Hawa Pe Dhoondho Uske Nishaan

Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya

Woh Yar Hai Jo Khusbhu Ki Tarah
Jiski Zuban Urdu Ki Tarah
Meri Shamo-raat Meri Kayanat Woh Yar Mera Saiyan Saiyan

Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya
Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya

" Udah, Vi. Capek. " Alvin menghentikan langkahnya direrumputan hijau lalu membaringkan tubuhnya yang nampak sangat kelelahan. Sivia duduk didekat Alvin sambil memijit kaki Alvin.

" Capek banget ya, Vin? "

" Iya nih. Tapi, kalo ditemenin cewek semanis kamu sih nggak akan capek. " Alvin tersenyum manis.

" Gombal. " Sivia kini ikut berbaring disamping Alvin sambil membalikkan badannya menghadap Alvin.

" Eh, kok aku ngeliat cahaya ungu terus sih, Vin? " tanya Sivia. Alvin gelagapan.

" Ah... Firasat kamu aja kali. Nggak ada cahaya ungu kok. Bener deh! Palingan cuma firasat kamu. Karena kamu kecapekan jadi ngelantur. Makanya jangan terlalu capek. "

" Ih, serius Alvin. Aku ngeliat jelas cahaya ungu itu diwajahmu. " Sivia mengelus pipi Alvin.

" Ah... Jangan ngomong macem-macem deh, Vi. Anggap aja nggak ada cahaya ungu itu. Paling cuma firasat kamu aja. "

Alvin kembali menatap langit. Alvin tidak ingin semua rencananya terbongkar hanya karena cahaya ungu yang melekat ditubuhnya.

" Pelanginya indah banget ya, Vi. "

" Iya, mejikuhibiniu. Keren banget, Vin. Rasanya aku udah bisa ngelupain kenangan bersama sahabatku disini. "

" Baguslah. Seenggaknya dengan itu kamu nggak perlu sebut nama sahabat kamu itu lagi. Mendingan juga sebut namaku tiga kali daripada sahabat kamu itu. "

" Tapi dia lebih segalanya dari kamu! Kamu nggak akan bisa kayak dia. "

" Oh yeah?! Emang apa bedanya aku sama sahabat kamu itu? " tanya Alvin.

" Sahabat aku itu orangnya sabar! Mana bisa kamu kayak dia. Dia itu baik terus dia juga perhatian banget sama aku. "

" Oh... Banggain aja terus sahabat kamu itu. Puji terus sampai kamu puas! "

" Ngambek nih? "

" IYA, GUE NGAMBEK! " Alvin beranjak pergi meninggalkan Sivia.

" Alvin... "

" PULANG SENDIRI! " teriak Alvin.

" SAMA SIAPA? "

" SAMA MONYET SEKALIAN! " Alvin pergi meninggalkan Sivia dengan motornya.

Sivia berjalan disekitar jalan perbukitan. Sivia berharap ada relawan yang mau mengantarnya pulang.

" Hei... "

Sivia menoleh ke arah sumber suara itu.

***

" Akang Debo... "

" STOP, FY! JANGAN KEJAR AKU LAGI. " Debo menghentikan langkahnya karena Ia sangat kelelahan berlari-lari dikejar Ify.

" Akang Debo... "

" Teu kedah nyarios basa sunda. "

Ify mengangguk. " Iya. Tapi, jangan tinggalin aku dong. Aku capek, De. "

" Anjeun teh geulis pisan, Fy. Naha anjeun teu resep Iel? "

" Iel kan teu tiasa basa sunda! "

" Tapi Iel kan leuwih kasep ti abdi. " Debo menunduk.

" Iel kan tiasa basa sunda. Anjeun leuwih manis ti Iel. "

" Kumaha jeung Rio? "

" Rio mah orang Manado! Abdi hoyongnya kan asli sunda. "

" Oh, berarti lamun sanes orang sunda. Kudu belajar bahasa sunda? "

" Nya entos atuh, saha wae anu hoyong caket jeung abdi. Kudu tiasa basa sunda. "

" Lamun teu hoyong diajar kumaha? "

" Abdi alim jeung jalmi eta. "

" Ah, udah. Nggak usah ngomong bahasa sunda. Ribet, Fy. "

" Yee... Kamu sendiri yang duluan. Kamu manis banget ya, De. " Ify mencubit pipi chubby Debo.

“ Ih, aku nggak suka. Fy. Jangan berlebihan deh jadi cewek. ”

“ Sory, De. Nggak maksud buat cubit pipi kamu. ” Ify tersenyum sambil mengenggam erat tangan Debo.

“ Eh… ”

“ Eh… aduh… sorry sorry. ” Ify jadi salting dihadapan Debo. Dia bingung harus melakukan apa untuk membuat Debo senang.

“ Iya, nggak apa-apa kok. Sorry ya, Fy. Aku itu nggak suka sama kamu. ”

“ Why? ”

“ Ya gitu deh. Kamu itu anaknya lebay tau! Nggak suka aku. ”

Ify tertunduk lesu. Perlahan airmatanya menetes karena ucapan Debo. “ Iya, aku emang miss lebay yang nggak pernah kamu bisa suka sama aku. Makasih buat semua omongan yang kamu bilang ke aku. Dan aku pastiin kalo aku bisa rubah sikap aku yang lebay ini. ”

“ Eh… sorry, Fy. Maaf kalo buat kamu tersinggung. Aku nggak ada maksud buat kamu kayak gini. ” Debo memegang pundak Ify.

IFy menghempaskan tangan Debo. “ Oh yeah! Lo nggak mikir sakitnya perasaan gue setiap lo panggil gue dengan sebutan miss lebay. Hati gue sakit, De. Lo nggak pernah mikirin perasaan gue. Gue emang bukan cewek yang sempurna dimata lo. Tapi, gue Cuma mau lo bisa terima gue apa adanya. Cuma itu yang gue mau. ”

“ Oh… Cuma itu? ”

“ Iya. ”

“ Terus mau kamu sekarang apa? ” tanya Debo.

“ Aku mau kamu peluk aku dan aku harap kamu nggak akan pergi tinggalin aku. ”

“ Hah? ”

“ Nggak sanggup turutin permintaanku? Katanya tadi kamu yang nanya mau aku apa. ”

Debo mendengus lalu memeluk cewek yang berada dihadapannya itu. Sungguh permintaan yang bodoh bagi Debo. Dia benar-benar tak sanggup dengan semua ini. Hatinya dagdigdug tak karuan hanya karena cewek seperti Ify. Entah apa yang sedang dirasakan Ify kali ini. Karena sepertinya Ify sangat nyaman dipelukan Debo. Ify pun membalas pelukan Debo dengan eratnya. Seakan tak ingin Debo pergi dari sisinya untuk saat ini.

“ Fy… udah ya. Aku nggak bisa terus-terusan kayak gini. ”

Ify semakin mempererat pelukannya. “ Nggak mau! Aku nggak mau kamu pergi. Plis, tetep disini sama aku, De. ”

“ Iya, masalahnya aku nggak bisa, Fy. ” Debo terus berusaha melepaskan pelukannya.

“ Kenapa, De? Kamu nggak suka ya sama aku? ”

“ Bukannya gitu! Masalahnya kita lagi diliatin banyak orang, Fy. ”

Ify melepaskan pelukannya karena melihat banyaknya kerumunan orang yang ada disekitar dirinya dan Debo. Ify menarik tangan Debo dan segera pergi dari kerumunan orang-orang itu.

“ Keterlaluan. ” ucap Debo kesal.

“ Maaf, De. Aku kan nggak tau kalo banyak kerumunan orang yang dateng ngeliat kita pelukan. Kamu sih telat ngasih taunya. ”

“ Oh, aku yang disalahin? Aku udah kasi tau kan tadi ke kamu. Kamunya aja yang begonya selangit! ”

“ Tuh kan! Lagi-lagi ngomong jelek tentang aku. Udah dibilang lebay terus sekarang bego? Jahat banget sih kamu, De. ” Ify mendengus kesal menghadapi Debo disampingnya itu.

“ Aku yang jahat? Ampun deh, Fy. Capek aku ngadepin cewek kayak kamu! Nyusahin tau. ”

“ Oh… jadi aku nyusahin? Oke! ”

“ Marah ya? ”

“ Hmm… ”

Debo menghentikan langkahnya dan berdiri dihadapan Ify. “ Maaf, Fy. ”

“ MINGGIR! ”

“ Maafin aku, Fy. ”

“ Nggak! ”

‘ Sialan nih cewek. Maunya apaan sih? Kayaknya ini mantra sihir nggak berjalan dengan mulus deh. Sial sial sial. ’ batin Debo.

“ Minggir, De. Aku mau lewat. ”

“ Nggak! Aku nggak akan minggir sebelum kamu maafin aku. ” Debo terus menghalangi jalan Ify. Ify mendengus kesal.

“ Oke! Gue maafin lo. Puas! Minggir lo sekarang. Gue mau pulang. ” Ify mendorong Debo dan langsung pergi meninggalkan Debo penuh emosi.

“ Argh! Cewek emang nyebelin. Kerjaannya Cuma ngambek aja. bikin bete. ” Debo pun kembali pergi ke rumahnya.


*********************************************************************************************

“ Rio sayang. Aku mau dong. ” Agni mengelus pipi Rio dengan lembut. Rio tersenyum.

“Mau apa sayang? Apapun kemauan kamu pasti akan aku turutin. ”

“ Aku mau kamu puasin aku. ”

“ Hah? Maksud kamu apa, Ag? ”

“ Traktir aku makan. Aku laper banget nih, Yo. ” Agni mengelus-elus tangan Rio.

“ Oh… makan. Kirain apaan. Bikin aku kaget aja. ya udah ayo kita makan. ” ajak Rio.

Agni menggeleng. “ Ngga jadi deh. Aku udah nggak laper nih. Kita duduk yuk. ”

Rio mengangguk pasrah mengikuti langkah Agni. Agni mengajak Rio duduk dibangku taman itu.

Agni menyender dipundak Rio. “ Satu yang aku suka dari kamu. ”

“ Apa? ”

“ Kamu itu cakep. ”

“ Oh,  terus kalo aku cakepnya kayak Daud emang kamu mau pacaran sama aku? ”

“ Hah? Daud anaknya Pak Udin ya? ” tanya AGni.

“ Bukan! Daud temen sekolah kita. Emangnya ada Daud sedunia. Yang ada juga udin sedunia. ” Rio cekikikan. Agni langsung tertawa.

“ Iya juga ya. Mana ada Daud sedunia. Aku suka kamu apa adanya kok. Bukan karena ada apa-apanya. ” ucap Agni sambil tersenyum.

“ So sweet(?) ”

“ Apanya yang so sweet? ”

“ Kata-katanya itu loh. So sweet banget. ” ucap Rio tersenyum.

“ Ah, masa sih? Cuma segitu doing dibilang so sweet? ” tanya Agni.

“ Iya sayang. ” Rio membelai rambut Agni. “ Kamu cantik banget, Ag. Beruntung aku bisa punya cewek secantik dan semanis kamu. ”

“ Hihihi, masa sih? Segitu beruntungnya ya? ” Agni terkekeh.

“ Iya dong. Sangat sangat beruntung. Karena cewek seperti kamu iu langka banget. ”

“ Masa sih? ”

“ Jangan ngomong masa sih terus dong. Bikin bete aja deh. ”

“ Terus ngomong apa dong? ” tanya Agni.

“ Apa aja asalkan jangan nyebut kata masa sih. Bikin bete aja tau. ”

“ Iya, sorry. Abisnya aku bingung mau ngomong apa. ”

Rio tersenyum. “ Udahlah lupain aja. nggak penting buat diinget kali, Ag. Mmm… Ag, kalo seandainya ini semua Cuma permainan gimana? ” tanya Rio.

“ Maksud kamu permainan apaan? Ngomongnya yang jelas deh, Yo. ”

“ Kalo seandainya aku Cuma mainin perasaan kamu gimana? Apa kamu bakalan marah sama aku, Ag? ” tanya Rio.

“ OH! Jadi kamu Cuma mainin perasaan aku aja? kamu nggak serius sayang sama aku, Yo? ”

“ Bukan gitu, Ag. Ini kan seandainya aja. jangan ditanggapin serius dong. ”

“ Oh… kalo kamu berani mainin perasaan aku. Liat aja apa yang akan aku perbuat sama kamu. ”

“ Hmm… ”

“ Yo… ”

“ Apa? ” Rio menoleh. Agni merangkul Rio.

“ Mau itu… ”

“ Mau apa? ”

“ Cium. ”

“ Hah? Nggak bisa, Ag. Aku nggak bisa cium cewek. Bener deh! ”

Agni mendengus. “ Ah, ga asik banget deh! ”

“ Marah nih? Tapi serius, Ag. Aku nggak pernah karena aku emang nggak pernah sama sekali cium cewek. ”

“ Mau aku ajarin? ” Agni menaikkan sebelah alisnya.

“ Oh… nggak deh! Makasih. Aku nggak bisa, Ag. Karena aku belum siap untuk semua itu. ” Rio tertunduk lesu.

“ Kalo nggak dicoba mah seterusnya nggak akan pernah bisa. ”

“ Hah? Serius, Ag? ”

“ Tau ah! Gelap. Males aku jadinya. ” Agni membalikkan badannya.

“ Agni sayang… jangan ngambek dong. ” Rio mengelus punggung Agni.

“ Terserah! ”

“ Tuh kan ngambek! Aku juga ikut ngambek deh. ”

“ Ya udah! Gue mau pulang. Bye. ” AGni pergi meninggalkan Rio.

“ Ag… yah, beneran ngambek tuh anak. Emang nyusahin. ” Rio pun beranjak dari taman itu.

*********************************************************************************************

“ JUSTIN… JUSTIN… ” Shilla masih terus mengejar Cakka. Cakka masih terus berlari tanpa arah dan tujuan yang jelas.

“ JUSTIN… tungguin SELENA! ” SHilla terus berusaha mengejar Cakka dengan sekuat tenaga Ia berlari.

Cakka menghentikan langkahnya karena dirinya sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Nafasnya tak karuan.

“ Ss…s… gue capek. ” Cakka memegangi dadanya yang terasa sesak.

“ Justin, kamu kenapa? ” Shilla menyentuh tangan Cakka.

“ Don’t touch me, please! ”

“ Sorry. ” Shilla menunduk.

“ Jangan panggil aku dengan sebutan Justin dong. Aku kan Cakka bukannya Justin. ”

“ Maaf, Tin. Eh.. kka. ”

“ Hmm… iya nggak apa-apa. Aku Cuma nggak suka aja disama-samain sama Justin Bieber. Aku ya aku. Aku yang seorang CAKKA KAWEKAS NURAGA. ”

“ Iya, Cakka. Maaf. Lagian soalnya aku lebih enak panggil kamu Justin disbanding manggil Cakka. ” ucap Shilla sambil nyengir.

“ Tapi aku nggak suka, Shill. Aku nggak suka kalo ada orang manggil aku dengan sebutan Justin. Rasanya aneh aja tau. ”

" Bagiku nggak ada yang aneh tuh, Kka. "

Cakka memegang wajah Shilla. " Gue yang aneh bego! Gue aneh dipanggil dengan sebutan Justin. "

Shilla terdiam. "...."

Cakka mendekatkan wajahnya ke Shilla. Shilla memejamkan matanya dan mulai merasakan apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Cakka mendorong Shilla. " Sorry, "

" I...iya. "

" Kamu nggak marah kan? maaf ya, Shill. "

" Iya. "

" Kok iya terus sih, Shill? "

" Iya. "

" Waduh. ni anak sarap deh. Kalo gini bisa jadi gawat dong urusannya. "

" Iya. "

" Shilla... "

" Iya. "

" Tuh kan. Dia sarap garagara tadi. Ya ampun Cakka! Bego banget sih lo, Kka. "

" Iya. "

" AAAAA!! Pulang sekarang Shill. "

" Iya. "

Cakka pun menarik paksa SHilla untuk pulang ke rumahnya. Karena Cakka membuat Shilla jadi gila dengan kata 'iya'.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar