Minggu, 09 Juni 2013

::4 Regrets to Love:: . C.R.A.G with S.I.S.A

  Another Nhia’s Fanwork:One Shoot
.
Hurts/Sad
.
Multi-pairing/Multi-ficlets
.
Cinta?Semua orang tahu itu.Banyak diantaranya yang bahagia karena cinta.Karena membawa kebahagiaan tertentu untuk masing-masing orang.Namun,jika cinta tetap tak bisa dipertahankan?Akan timbul rasa sakit.Sesak,yang luar biasa.Dan tak banyak diantaranya yang memilih untuk,,,                                                                   menyerah..

Cakka-Agni

Hari ini gelap.Tak ada matahari yang muncul sejak pagi.Hanya awan hitam menutupi langit.Menutupi cahaya yang ingin menyinari bumi ini.
Cakka masih mendribble bola Basket di tengah lapangan itu.Keringat yang sedari tadi mengalir tak dipedulikannya.Tanpa lelah ia mendrible bola basket dan memasukkannya berkali-kali kedalam Ring.Seakan saat ini rasa lelah tak membuat ia risih sama sekali.
Tetes air jatuh di pipinya.Itu bukan keringat,tapi air mata.Air matanya jatuh begitu saja saat wajah gadis itu terlintas dibenaknya.Gadis yang selalu mengajaknya bermain basket setiap hari.Yang selalu mengejeknya setiap kalah mendapatkan poin.Dan selalu minta traktir pada Cakka saat dia menang.
“Agni..”
Nama itu terucapkan begitu saja.Nafasnya tersengal-sengal saat ini.Baru dirasakannya rasa lelah itu tepat saat ingatannya pada Agni muncul.Padahal sudah dua jam dia ada dilapangan rumput itu.Hanya bermain seorang diri.
“Kau payah!”
“Ayolah,Cak.Satu kali lagi..”
“Mau minum?”
“Aku menang.Traktir aku sekarang!”
Hujan datang begitu saja.Tak memberi peringatan sama sekali.Membuat semua orang sibuk melindungi diri dari tumpahan air langit.Mencari tempat berteduh agar tak sakit dikeesokan harinya.
Tapi Cakka masih berdiri disana.Membiarkan air hujan membasahi tubuhnya.Tangannya masih memegang bola Basket itu.Sedetik kemudian ia berlari sambil mendribble bola Basket itu.Dan—hap.Masuk kedalam Ring.
Mengapa penyesalan itu datangnya terlambat,ya?Mengapa benar-benar menyakitkan menerimanya.?Apalagi saat penyesalan itu datang setelah seseorang berbahagia.Apa tidak bisa penyesalan itu datang di awal dan kebahagiaan di akhir?Mengapa selalu seperti itu?
Seharusnya saat ini ia tak sendiri.Seharusnya ada Agni disini.Menemaninya bermain basket seperti sebelumnya.Hari Kamis.Hari biasanya mereka bermain bersama dan bertanding Basket.
Pertemanan yang sudah lebih dari separuh usia mereka dan perlahan-lahan menjadi cinta itu terpaksa tak berlanjut.Tak ada yang saling mengakui sebelumnya.Baik Cakka maupun Agni.Mereka berdua tak pernah membicarakan dan mengutarakan perasaan masing-masing.Biarlah itu hanya menjadi sebuah Cinta terpendam,batin keduanya.
Tapi siapa sangka sampai Agni pergi-pun,tak ada yang bisa mengakuinya terlebih dahulu?
Padahal akan jauh lebih baik kalau sebelumnya ia tak meminta Agni datang ke pertandingan basket antar sekolah.Lebih baik kalau Agni diam di rumah dan menyaksikannya di TV.Sehingga tak harus seperti ini.
Tak harus ada kecelakaan mobil saat itu.Tak ada harus ada yang menjadi korban.Tak harus Agni yang kini terbaring dibawah nisannya sendiri.
“Aku pasti datang.Kau tak perlu memintaku seperti itu.Aku pasti akan datang memberi dukungan.!”
Bola Basket ditangannya dibiarkan saja sejak tadi.Dan dilempar begitu saja oleh Cakka,membuat wajah itu terkena cipratan air setelahnya.
Dingin?Sangat dingin.Tentu saja.Sama seperti hatinya yang beku karena tak sempat menyatakan cintanya pada Agni.Memintanya datang kepertandingan dan setelah itu baru menyatakan cintanya.Itu rencana Cakka yang sesungguhnya hingga ia sangat berharap Agni datang di hari itu.Tapi sekarang?Cinta yang selama ini dipendamnya,tak bisa terucapkan secara langsung untuk Agni.
Rasanya seperti pengecut.Tak bisa mengakui hal itu sejak awal.Padahal selama ini Ify selalu menggoda mereka,mengatakan kalau diantara mereka memang sudah ada sebuah cinta.Tapi tetap saja,mereka berdua mengelaknya.Munafik.
Hujan terus membasahi tubuh Cakka.Biarlah,batinnya.Mungkin air hujan itu akan mengalir sama seperti perasaanya pada Agni.Menghilang?Ia tak yakin semudah itu.
Apa masih ada kesempatan untuknya?Hanya untuk menyampaikannya saja.Tidak lebih.Agar rasa sesal didalam dadanya melebur dengan kelegaan nantinya.Tapi bagaimana?
Berteriak sekencang-kencangnya,hingga suaranya habis saja tak akan berguna.
Ini Cakka.Sendirian tanpa ada sosok gadis tomboy yang selalu bersamanya,bermain basket bersama.Dibiarkan oleh perasaan cintanya yang menggantung begitu saja tanpa ada penjelasan sama sekali.
Memangnya Cakka siapa bisa sampai menyesal seperti itu?
Pacar?Bukan.
Teman?Itu masuk akal,tapi Cakka tak harus se-menyesal itu bukan?
Yah,penyesalan.Biarlah itu menjadi temannya saat  ini.Ditengah guyuran hujan.Biarkan dia merenungi semua perasaanya.
Perasaan cintanya…
.
Rio-Ify
.
Rio menyeret langkahnya sebisa mungkin menjauh dari ruangan itu.Ruangan gelap yang sudah ia kunci terlebih dahulu sebelum meninggalkannya.Ruangan itu hanya sebuah ruangan kecil dengan sebuah sofa dan Grandpiano putih.Sebisa mungkin ia bertekad untuk tidak masuk lagi kedalam ruangan itu.Sebisa mungkin..
Setelah membuka pintu mobilnya,Rio tak melakukan apa-apa lagi.Hanya menundukkan kepalanya,membiarkan rasa sesal yang membebaninya begitu saja.Memberatkan seluruh tubuhnya.Membuatnya seakan remuk dan siap membuatnya jatuh saat ini juga.
Tapi rasanya percuma ia mencoba bertahan.Toh,pada akhirnya air matanya menetes dari pelupuk mata yang indah itu.Membiarkan air mata itu mengalir,berharap rasa sesal dan sedih itupun juga ikut hilang.
Ia menegakkan tubuhnya.Memperlihatkan wajahnya yang sekarang sudah basah oleh air mata.Hhhh,,sesak sekali dada ini.
Setelah menyalakan mesin mobil Rio segera meninggalkan kediaman itu.Meskipun begitu,konsentrasinya tetap saja terganggu oleh Ify.Sosok gadis cantik dengan wajah tirus yang menawan selalu melayang difikirannya.Tak pernah berhenti sampai kapanpun.Sampai saat ini.Tidak bisa.
“Hati-hati,ya!”
“Kau harus berjuang.Besok kau akan jadi penyanyi terkenal,Rio.!”
“Rajin belajar.Meskipun kau suka gitar,tapi buku juga harus selalu kau bawa.”
“Tak lama lagi aku akan jadi kekasih seorang penyanyi terkenal.Jadi tidak sabar,,”
Jalanan saat ini tak begitu ramai.Membuat Rio semakin mudah untuk mengendalikan mobilnya namun tetap dalam batas mengemudi sewajarnya.Memang sudah jam 11 malam.Kebanyakan orang pasti sudah sampai dirumah untuk mengistirahatkan dirinya dari rasa lelah aktifitas seharian.
“Aku janji.Setelah menemani Agni menonton pertandingan Cakka,aku akan langsung datang ke Cafe.Aku juga ingin melihat penampilanmu disana.”
Mobil sedannya berhenti disebuah Rumah sakit besar di kota Bandung.Setelah memarkirkan mobilnya,ia segera masuk kedalam rumah sakit itu.
Langkahnya masih berat.Entah karena ia memang sedang capek atau karena sebenarnya ia tak ingin datang kesana.Rio juga tak tahu.
Rumah sakit juga terlihat sangat sepi saat ini.Jam besuk memang sudah berakhir sejak satu jam yang lalu.Dan karena saat ini ia ingin melihat Ify untuk terakhir kalinya.Eh—tunggu.Apa?
Langkahnya terhenti disebuah pintu di Ruang Mawar.Perasaannya berkecamuk.Haruskah ia membuka pintu itu sekarang?Dan menemui Ify disana?Tentu saja.
Dilihatnya perempuan cantik itu masih terbaring diranjang rumah sakit.Matanya yang indah masih terpejam semenjak 1 bulan yang lalu.Selang-selang infus masih terpasang di setiap sudut tubuhnya.Tubuhnya pucat seperti mayat.Ah,bukannya dia memang sedang berada di ambang pintu kematian?
Rio mengambil gitar coklat yang memang telah diletakkan disamping meja kecil disamping ranjang Ify.Ia duduk dikursi dan menghadap kearah gadisnya itu.
“Malam ini aku harus menyanyikan apa?”,tanya Rio kepada Ify—terlebih kepada dirinya sendiri.Ia meletakkan tangan kanannya diatas tangan Ify yang tergeletak lemas itu.Sedangkan tangan kanannya masih memegang gitarnya.
“Maafkan aku,Ify.Aku tidak bisa menjagamu,bahkan hingga sekarang—aku masih belum bisa..”
Berjanjilah..Wahai sahabatku..
Bila kau tinggalkan aku,,tetaplah tersenyum
Meski hati sedih dan menangis..
Kuingin kau tetap tabah menghadapinya..
“kau mau berjanji untukku?”
“Berjanji apa?”
“Kalau pada akhirnya takdir kita tidak bersama.Kamu akan selalu mengingatku,,”
“Kenapa tidak?Tentu saja.”
Bila kau harus pergi,,meninggalkan diriku..
Jangan lupakan aku…
Sudah sebulan Ify koma.Kecelakaan hebat yang dialaminya sebulan yang lalu berhasil membuatnya tak sadarkan diri.Bahkan sebelumnya telah membuat Agni kehilangan nyawanya.
Saat itu mereka hendak pergi menonton pertandingan Cakka,sahabat mereka berdua.Dan saat hari itu pula Rio pertama kalinya bernyanyi didepan banyak orang setelah namanya terkenal lewat lagu’Rindukan Dirimu’.Lagu buatan Ify.
Ify juga sudah berjanji kalau ia akan menyaksikan penampilan Rio setelah menemani Agni.Kebetulan pertandingan itu akan selesai satu jam sebelum Rio tampil.Jadi masih ada waktu untuk perjalanan,bukan?
Tapi,tidak pertandingan Cakka ataupun penampilan Rio.Melainkan sebuah kecelakaan hebat yang menimpa mereka.Mobil yang dikendarai Agni dan Ify menabrak sebuah Bus yang didepan mereka yang saat itu tiba-tiba saja berhenti mendadak.Belum selesai,mobil nissan dibelakang merekapun menghimpit kendaraan yang mereka gunakan.
Tangan kanan Ify patah.Begitupun kedua kakinya yang terjepit badan mobil.Kepalanya mengenai benturan hebat tepat di sarafnya.Membuat para dokter meyakini,jikalau Ify berhasil bertahan,dia akan lumpuh seumur hidupnya.
Sedangkan Agni yang saat itu menjadi pengemudi tewas ditempat kejadian.
Air mata Rio kembali jatuh mengalir.Kali ini benar-benar menangis.Ia melempar gitar coklat itu begitu saja,membantingnya hingga rusak.Dan bangkit dari duduknya lalu memeluk tubuh lemah Ify.
Ia tidak sanggup.Sungguh,ia masih tidak sanggup.
“Aku ingin berduet denganmu suatu saat nanti..”
“Mengapa suatu saat nanti?Aku akan segera mengajakmu sebagai rekan duetku,Ify.Kau punya bakat seni yang sempurna.Suaramu indah,kau pintar bermain piano,pandai menciptakan lag,,”
“Sudahlah.Aku tak seperti itu.”
“Siapa bilang?Jangan merendah.Kau ini segalanya untukku.”
Satu bulan berlalu,ternyata para dokter yang menangani Ify mengaku telah menyerah.Mereka menyatakan percuma saja mempertahankan Ify.Toh,saat Ify sadar dan terbangun dari masa komanya ia takkan bisa melakukan apapun lagi.Dia akan lumpuh.
Rio mendekapkan pelukannya pada tubuh Ify.Seolah-olah ia tak ingin berpisah dengan Ify selama-lamanya.Ia tahu mungkin ini yang terbaik.Tapi merelakan Ify?
Besok tim Dokter akan melepas seluruh alat-alat medis yang melekat pada tubuh Ify.Alat-alat yang membantunya bertahan selama ini.Menempatkannya pada posisi antara hidup atau mati.
Tapi ternyata pihak keluarga Ify pun merasa kalau mempertahankan hidup Ify nantinya akan percuma.Ify hanya akan menderita ditengah kelumpuhannya kelak.Dan membiarkan Ify pergi kealam yang lebih damai adalah satu-satunya jalan keluar.Agar gadis itu tak lagi merasakan sakit.Agar ia tenang disana.
Melepaskan seseorang itu menyakitkan.Dan sulit untuk menerima kenyataan kalau kita harus menyerah pada keadaan.
.
Gabriel-Sivia
.
Sivia mematut dirinya sendiri didepan kacanya.Gaun hitam itu terlihat sangat manis dan anggun ditambah make-up natural-nya.Rambut panjangnya ia biarkan begitu saja tanpa diberikan aksesoris apapun.Namun tetap terlihat cantik bagi setiap orang yang melihatnya.
Sesuatu yang terlupakan.Ah,kalungnya.
Sivia meraba sekitar lehernya.Kalung itu..Kalung dengan ukiran ‘SiviEl’ itu tidak ada.Tapi dimana?
Sejenak Shilla berfikir.Untuk apa ia mencari dimana kalung itu?Toh,ia takkan memerlukannya lagi.Biarkan sajalah.
Ia melangkahkan kakinya menuju ruang tengah,dimana saat ini ruangan itu terlihat sangat ramai.Banyak sekali orang-orang dengan pakaian formal berkumpul disana.Makanan-makanan yang terlihat lezat sudah berjejer disebuah meja panjang.Ada sebuah kue berukuran besar disana.
Sivia berjalan kearah kerumunan orang-orang yang sedang berbincang-bincang.Ada dua orang yang jadi perhatian disana.
Seorang gadis cantik yang menawan terlihat anggun dengan gaun putih panjang yang menutupi kakinya itu.Gadis itu terlalu cantik jika dibandingkan dengan dirinya yang terlihat biasa-biasa saja.
Sedangkan lelaki disampingnya,terlihat sangat tampan dengan tuxedo mahal dilengkapi senyum yang selalu merekah diwajahnya.Terlihat sangat bahagia sekali mereka berdua.
Lelaki itu bernama Gabriel dengan gadis disampingnya—Shilla,terlihat sangat bahagia saat menerima ucapan selamat dari para tamu undangan.Yuph,hari ini adalah hari pertunangan mereka berdua.Pertunangan yang sangat dinanti-nanti keluarga masing-masing pihak,terkecuali Sivia.
Cinta itu datang tanpa memperdulikan apapun.Entah itu status derajat,kekayaan,perbedaan RAS,atau apapun itu.Termaksud,kepada siapa kita jatuh cinta.
Dan itulah yang Sivia alami.Sebuah cinta yang tak masuk akal jika dipahami oleh fikiran.Dan bagi semua orang itu adalah cinta terlarang,yang berarti cinta itu tak pantas terjadi,Tak pantas dipertahankan dan diyakini kebenarannya.
Dia mencintai Gabriel.
Gabriel?Kakaknya?
Perasaan itu datang terlalu cepat.Sebelumnya mereka tidak saling mengenal.Sebelumnya mereka belum pernah bertemu sama sekali.
Orang tuanya memisahkan mereka sejak kecil.Alasannya pun bisa dibilang tak masuk akal.Hanya karena mereka ingin mendidik Gabriel sebagai lelaki yang jauh lebih baik sebagai penerus perusahaan keluarganya.Dan menitipkan Sivia kepada Nenek dan Kakeknya di Paris.
Dan suatu hari mereka berkenalan satu sama lain sebagai seorang teman.Saat Gabriel sedang kuliah di Roma,Italia dan saat itu kebetulan Sivia sedang menghabiskan masa liburan sekolahnya disana.
Mereka dekat begitu saja.Mungkin karena feeling?Tapi itu memang benar.
Tapi sayangnya feeling yang muncul itu bukan feeling adik-kakak bagi Sivia.Melainkan feeling yang lain.Yang lebih dari feeling seorang adik kepada kakaknya.Entahlah?Feeling seorang gadis terhadap seorang lelaki tampan yang ia kenal,mungkin?
Dan bagaimana perasaannya saat tahu kalau mereka punya hubungan sedarah?Kau tahu.Itu menyakitkan.
Gabriel memasangkan cincin itu dijemari Shilla.Begitupun sebaliknya,dan setelah itu para tamu bertepuk tangan untuk mereka berdua.Memberikan applause untuk kebahagiaan mereka.
Sivia hanya tersenyum hambar.Itu kebahagiaan kakaknya,bukankah ia juga harus ikut bahagia.?Seharusnya ia ikut tersenyum tulus seperti para tamu yang lain dan memeberikan tepukan riuh.Tapi tetap saja,itu menyakitkan.
Air matanya mengalir begitu saja.Cepat-cepat ia hapus,tak mau seorangpun melihatnya.Ayolah Sivia Azizah!
Sekuat apapun kau mempertahankan perasaanmu pada Gabriel,takkan ada yang setuju dan memahaminya.Bahkan mungkin Gabriel-pun tidak??
Cukup sudah,aku menyerah..
.
Alvin-Shilla
.
Cinta perlu waktu.Tentu saja.Untuk saling memahami satu sama lain,dan memahami perasaan kita.
Shilla merobek kertas kalendernya.Sudah tanggal 13 Februari,ah…Besok hari Valentine..
Sudah terlalu lama Alvin pergi.Jika dihitung mungkin lebih dari 3 tahun.Dan selama itu tidak ada kabar darinya.Sebenarnya tidak sepenuhnya seperti itu.
3 tahun yang lalu Alvin memang pergi ke Inggris untuk melanjutkan kuliahnya.Yah,dia mendapatkan beasiswa untuk bersekolah diluar negeri karena nilai-nilainya yang memang selalu mendapat peringkat terbaik.
Alvin,kekasihnya memang bukan lelaki yang sempurna.Wajahnya memang tampan.Meskipun begitu ia lahir didalam keluarga yang biasa-biasa saja.Tidak kaya ataupun kurang.Terkadang dia mengalami kesulitan setiap ditanya tentang biaya kuliah yang sangat mahal itu.Namun,sekali lagi ia terselamatkan oleh kepintaran studinya.
Cara mengenal Alvin dengan cara baik-baik.Hanya karena saat itu mereka satu kampus,dan seringkali bertemu diperpustakaan.Hingga suatu hari seorang dosen meminta Alvin membantu Shilla untuk mengembalikan nilainya yang sempat turun.Dan dari sanalah mereka dekat.
Hubungan mereka tak berjalan mulus.Kedua orang tuanya menentang hubungannya dengan Alvin.Mereka menilai Alvin semata-mata karena status Alvin yang biasa saja.Dan prestasi Alvin tak terlalu berpengaruh bagi mereka.Bukan dari kalangan berkelas menjadi masalah untuk orang tua Shilla.Tentu hubungan mereka dimaksudkan pada status derajat keluarga Shilla yang bisa dibilang lebih,
Dan saat itu Alvin berjanji padanya.Berjanji kalau dia akan menjadi orang yang jauh lebih baik.Ia menerima tawaran untuk kuliah di Inggris itu,dan mereka pun berpisah.
Shilla pun sudah bertekad untuk selalu menjaga hatinya kepada Alvin.Mempercayai lelaki itu,kalau dia akan kembali pulang dan menepati janjinya.
Tapi bukankah Alvin seharusnya sudah pulang setahun yang lalu?
Kemana Alvin?
“Percayalah padaku.Aku akan pulang dan akan menjadi jauh lebih baik dari sekarang.”
“kau harus menungguku.Jaga Hatimu.”
“Aku mencintaimu,Shilla.Aku akan segera pulang.”
Itu semua seperti omong kosong belaka bagi Shilla.Dimana Alvin?Mengapa menghilang begitu saja?Tak ada kabar.Bahkan kedua orangtua Alvinpun tak tahu dimana putra sulungnya itu.
Dia hilang?Lost Contact.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?Kedua orang tuanya menganggap Alvin telah gagal dan menghilang begitu saja.Dan tak lama lagi mereka akan menjodohkannya dengan seseorang.
Shilla tidak keberatan?Tentu saja awalnya keberatan.Tapi lagi-lagi menyakitkan mengingat Alvin tak pernah memberi kabar kepadanya selama ini.
Sejenak terfikir dalam otak Shilla.Apa Alvin menghilang karena memang benar-benar sudah gagal?Apa dia benar-benar tak bisa menepati janjinya?Atau…Karena perempuan lain?
Shilla menggeleng cepat.Menghilangkan fikirannya yang terakhir itu.Ia tak mau berfikir seperti itu.Sudah terlalu lama ia menunggu Alvin.Dan jika benar seperti itu—demi Tuhan Alvin sungguh tega melakukannya!
Hari Valentine…hanya sendiri.Sama seperti tahun-tahun yang sudah lewat.Hanya ada foto Alvin yang tersenyum kearah kamera menemaninya dikamar.
Tapi sekarang..
“Perkenalkan.Namaku Gabriel Stevent Damanik.Cukup panggil aku Gabriel..”
Perjodohan ini akan terus berlanjut.Ini bukan salah Shilla sepenuhnya.Tapi disini juga ada Alvin yang tidak menepati janjinya dan membiarkan Shilla begitu saja.Apa salah kalau sekarang Shilla jatuh cinta pada seseorang yang jauh lebih baik dari Alvin?
Lelaki yang sudah bisa diyakini loyalitasnya.Lelaki yang sudah terpenuhi kriterianya.Dan tentu saja ada alasan orang tua Shilla menjodohkan mereka.
Shilla mengeluarkan foto Alvin dari dalam bingkainya.Air matanya menetes,menyesal harus melakukan ini.Perasaannya tidak sekuat baja.Ia menyerah.Lelah menunggu hal yang tak pasti.Segera ia robek foto itu menjadi 2 bagian.
Selamat tinggal,Alvin.Aku mencintaimu
.
Would You Give Up?
Lose,late,broken,regret and lie are something hurtful
 which force you to give up your love. Although you don’t want to loose them forever
.
‖END‖

Tidak ada komentar:

Posting Komentar