Senin, 21 Januari 2013

Love Is Blind #2 by : Kumpulan Cerbung Dan Cerpen Idola Cilik


Love is blind? Cinta itu buta? Kata siapa?
Cinta nggak punya mata? Emang cinta nggak punya mata!
Cinta nggak punya otak? Ya, mana mungkin cinta punya otak. Kalau cinta punya otak pasti dia bisa mikir dan nggak ngebutain orang karena terlalu cinta.

Cinta...cinta...
Kata itu memang tidak asing lagi untuk didengar. Dan mengenal cinta pun sudah tidak perlu dengan basa-basi lagi. Namun, sekarang cinta itu apa? Cinta itu buta? Atau cinta itu nggak punya otak?
Bagi Ify itu semua tidak. Bagi Ify cinta itu adalah dimana saat perasaan kita menyatu dengan lawan jenis. Disanalah kita mulai mengenal yang namanya CINTA. Tapi, biasanya orang-orang salah mengartikan arti cinta. Dan kini, bahkan cinta itu memandang fisik dan penampilan. Itu yang membuat sebagian besar orang membenci yang namanya cinta. Siapa yang bilang cinta itu selalu indah?

Cinta itu bagaikan roda yang berputar. Kadang dimana kita akan bahagia dan pasti di akhirnya kita akan merasakan sakit hati yang luar biasa.
Dan hidup juga tak akan indah bila tidak dihiasi tanpa cinta. Bintang dilangit pun tak akan bisa bersinar bila langit tak berubah menjadi gelap. Intinya, cinta memang membutakan segalanya. Bahkan cinta bisa buat kita lupa akan segala yang pernah kita alami. Namun, tak selamanya cinta itu indah. Cinta hanya indah sesaat dan kadang sakit di akhir.

" Kak Ifyy... Aku bawa kenalan cowok nih buat kakak. Siapa tau kakak bisa naksir ntar. Dede kan nggak mau kakak jomblo terus. " teriakan Debo nampak mengagetkan Ify dari lamunannya. Ify begitu bingung dengan yang namanya cinta. Prinsip Ify hanya satu 'Don't believe with love because LOVE IS BLIND'.

Ify melangkah dari kamarnya menuju ruang tamu. Untuk apa sih Dede ngejodohin gue? Kurang kerjaan! Ify berkata dalam hati. Ify memang tidak suka apabila di jodoh-jodohkan dengan orang yang belum tentu dia sukai.

Ify tersenyum manis pada adik semata wayangnya itu. Ia kini memandang cowok dengan postur tubuh tinggi dan kulitnya agak hitam. Namun, dilihat dari wajahnya dia itu manis. Tepatnya hitam manis. Dan memang benar tipe cowok Ify sepenuhnya ada didalam diri cowok itu. Ify memang sangat tidak suka dengan yang namanya COWOK GANTENG. Karena ganteng itu hanya bisa dilihat sesaat. Kalau cowok ganteng itu jadi jelek, berarti udah nggak ganteng lagi dong? Sedangkan kalau cowok manis walaupun dia nanti jelek tapi manisnya akan tetap melekat dan takkan hilang. Itu yang Ify sukai dari cowok manis. Maka dari itu Ify juga sangat menyayangi adiknya karena dia memang manis seperti cowok yang berada disamping Debo.

" Kak, kenalin ini... "

" Gue Rio. " Cowok itu tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya.

Ify hanya berpikir, darimana Debo kenal dengan sosok Rio?

" Ify. " balasnya sambil menjabat tangan Rio lalu melepasnya kembali.

" Pasti kakak bingung kan Dede kenal kak Rio darimana? Tadi Dede liat kak Rio dijalan. Terus katanya sebelumnya dia kena siraman miras dari temennya. Makanya itu mata kirinya diperban. Kata Dokter, matanya kak Rio bisa-bisa buta kalo nggak sering ditetesin pakai obat yang dikasih sama Dokter. Tapi, kakak tenang aja. Kalo sama kakak pasti Kak Rio nurut. Tadi ada cowok sipit disamping Kak Rio nitipin kak Rio ke Dede. Jadinya, Agni harus Dede suruh pulang. Makanya Dede bawa kak Rio kesini. " jelas Debo panjang lebar.

" Ooh... "

Ify memandang Rio dari atas sampai bawah. Memang Riolah sebenarnya tipe cowok idaman Ify. Tapi, Ify kan baru kenal dengan yang namanya Rio. Nggak mungkin dia bisa dengan cepat beradaptasi dan bisa menjadi pendamping Rio. Semua itu mustahil!

" Mau ikut gue jalan? " Rio kini mulai bicara. Walau keliatannya dia agak canggung karena baru pertama kalinya dia dikenalkan seperti ini dengan cewek. Walau jujur, bahwa sejak kejadian di café dia jadi naksir sama Shilla.

" Gue ganti baju dulu boleh kan? "

Debo menarik Ify untuk berdiri disamping Rio. " Kakak udah cantik pakai baju itu. Ya udah, sana pergi sama kak Rio. Dede juga mau minta maaf sama Agni atas kejadian tadi. "

" Jadi gimana? " Rio mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum manis pada Ify. Ify hanya menganggukkan kepala.

" Ayo, kita pergi... "

Debo tersenyum memandang Rio dan Ify. Dalam hatinya Ia merasa senang karena bisa melihat Ify tersenyum lagi. Sebelumnya, Ify memang jadi sangat pemurung. Semenjak kejadian Cakka nyakitin Ify. Ify jadi anti sama yang namanya cowok. Dan kini, Ify mungkin bisa membuka hatinya untuk seorang Rio.

***

" AAAARRRGGGHHHH!! "

Shilla membanting semua barang yang ada dalam kamarnya. Ia masih merasa kesal karena kejadian di café yang baru tadi dialaminya.

" Siapa sih tuh cowok? Seenaknya aja dia cium gue di depan umum. Dia pikir dia itu siapa? Cuma pengunjung café aja bangga banget. Kalo gue laporin ke pemilik café bisa-bisa kan dia nggak akan dikasih ngunjungin café. Dasar cowok sialan! " Shilla terus-terusan kesal karena kejadian saat Cakka menciumnya dengan seenaknya di café. Dia merasa harga dirinya telah dipermalukan oleh cowok seperti Cakka.

" GUE BENCI COWOK! " teriak Shilla.

Kamar Shilla menjadi seperti kapal pecah. Barang-barang kosmetiknya kini berhamburan di lantai. Baju-bajunya semua berantakan. Dan diri Shilla ikut berantakan hanya karena kejadian di café tadi.

" Shilla... "

" Masuk, Kak. " ucap Shilla.

Kakak Shilla pun memasuki kamar adiknya itu. Dia nampak terkejut melihat kamar adiknya yang sangat berantakan seperti terkena gempa. Ia mengelus rambut adiknya.

" Kamu kenapa, sayang? "

" Kak Riko, tadi Shilla dipermaluin di café. " Shilla memeluk kakaknya yang bernama Riko itu.

" Hah? Dipermaluin gimana? Sama siapa? Bukannya kamu yang berkuasa di café BarBerryClub? " Riko nampak terkejut mendengar perkataan adiknya. Ia sungguh tak menyangka bahwa adiknya akan dipermalukan di café BarBerryClub. Café yang sangat terkenal di Jakarta.

" Namanya Cakka. Kayaknya sih anak orang kaya. Tapi, tadi itu dia lagi dalam pengaruh miras terus mulutnya itu bau rokok. Tadi dia cium aku di depan umum, kak. Aku kan malu banget. " Tak terasa airmata Shilla jatuh membasahi baju Riko. Shilla benar-benar bingung harus meluapkan kekesalannya pada siapa. Dan untungnya Shilla memiliki kakak yang baik seperti Riko.

" Cakka Nuraga? Shill, dia kan anak pemilik café. Cakka itu anaknya Pak Nuraga. " Riko tiba-tiba ingat bahwa dia pernah tahu kalau pemilik café memiliki anak bernama Cakka. Dan Riko benar-benar tak menyangka bahwa Cakka akan seperti ini terhadap adik kesayangannya.

" Anak pemilik café? Tapi... Kok dia jadi pemabuk gitu? " tanya Shilla penasaran sambil masih memeluk kakaknya.

" Mana gue tau. Emang lo nggak tau permasalahannya? Huh... Kalo andaikan gue ada disana. Udah gue tonjok daritadi yang namanya Cakka. Gue nggak peduli mau dia pemilik café. Yang jelas gue nggak suka dia kayak gini ke lo. Udah ya, sayang. Jangan nangis lagi. " Riko membelai lembut rambut Shilla. Shilla membenamkan wajahnya di dada Riko. Isak tangisnya bisa terdengar. Sungguh teganya Cakka...

***

" Gabriel... Ieellll.... Gue kangen sama lo. " Sivia langsung memeluk sosok laki-laki dihadapannya yang bernama Gabriel. Perasaannya merasa senang karena bisa bertemu Gabriel. Entah Gabriel itu siapa.

" Sivia... Gue nggak nyangka bisa ketemu lo lagi. Maaf ya sebelumnya gue pergi nggak bilang-bilang. Gimana kabar lo? Udah dapet pengganti gue ya? " Gabriel membelai lembut rambut Sivia.

Gabriel adalah mantan kekasih Sivia. Gabriel sempat pergi meninggalkan Sivia ke Aussie dan memutuskan hubungannya dengan Sivia.

" Apaan sih lo? Gue nungguin lo tau disini, Iel. Gue kangen... " Sivia mempererat pelukannya. 2 tahun sudah lamanya Ia tidak bertemu dengan sosok Gabriel. Dan kini, tepat dihadapannya dia melihat Gabriel. Betapa bahagianya Sivia melihat Gabriel kini datang kembali.

" Cinta yang hilang datang dan kembali. Ketuk pintu hati ini kan ku buka sepenuh hati. " Gabriel menyanyikan sepenggal lirik lagu itu.

" Sungguh hanyalah dirimu yang aku cintai. Dan sungguh ku kan disisimu hinggaku mati. "

" Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku. Di setiap langkah yang menyakiniku. Kau tercipta untukku. "

Sahut-sahutan lagu terjadi diantara Sivia-Gabriel. Perasaan senang dan haru tercampur menjadi satu dalam benak mereka. Sungguh mereka merindukan saat-saat indah yang dilalui bersama.

" Kamu masih nunggu aku selama 2 tahun, Vi? " Gabriel melepaskan pelukan Sivia dan kini dia memegang lembut wajah Sivia. Perlahan Ia hapus air mata yang mengalir membasahi pipi Sivia.

" Aku disini. Aku nunggu kamu datang kembali selama ini, Iel. Aku sempet stress dan depresi karena kamu tinggalin aku pergi tanpa kabar. Dan sekarang, aku bahagia banget. "

Saat kejadian itu, Alvin melewati jalan yang dilintasi Sivia dan Gabriel. Dia melirik sekejap ke arah Sivia-Gabriel.

" Woy, jangan di depan umum kalo mau pacaran! " sinis Alvin.

Gabriel menoleh. " Apa peduli lo? Emangnya lo pemilik jalan ini? Lo nggak usah ngatur-ngatur deh. "

" Iel... Udah... "

" Oh, terus lo pikir ini jalan juga milik lo? Ini jalan umum! Lo anak baru ya disini? Pantes kelakuan lo nggak berpendidikan. " Alvin beranjak pergi meninggalkan Sivia-Gabriel.

" Woy! " Sivia berlari menghampiri Alvin. Ia menarik lengan Alvin dengan paksa. Dan...

***

" Ag, maafin aku. " Debo mengenggam erat tangan Agni. Ia tak ingin Agni marah hanya kasus Rio yang dititipkan Alvin ke Debo.

" Aku nggak marah, De. Aku cuma kesel aja. Kamu lebih pilih dititipin Rio daripada jalan sama aku. Aku kecewa tau! " Agni memanyunkan bibirnya.

" Jangan marah dong. Ntar aku cium deh. " Debo tersenyum manis pada Agni. Sesaat Agni melirik lalu berpaling.

" Aku nggak suka di giniin. Rasanya kamu itu nggak anggap aku ada. "

" Aku anggap kamu, Ag. Aku sayang sama kamu. Jangan ngambek lagi dong! Aku kan cuma ngenalin kak Rio ke kak Ify. Emangnya nggak boleh ya? "

Agni menghela nafasnya. Ia kini memberanikan diri menatap cowok disampingnya itu. Agni membelai lembut pipi Debo.

" Aku juga sayang kamu, De. Tapi, jangan giniin aku lagi. Aku nggak suka di nomor duain dalam hidup kamu. Karena aku nggak bisa kayak gitu. "

" Maaf ya, Ag. Aku janji nggak akan kayak gitu lagi. Bahkan, kamu lebih berarti daripada kak Ify. Sayangku ke kamu melebihi sayangku ke kak Ify. Kamu lebih berarti dalam hidupku. Aku nggak pernah ingin menomor duakan kamu... "

" Stop, De! Stop! Ify lebih berarti. Dia itu kakak kamu, De. Kenapa kamu lebih sayang sama aku daripada sama Ify? Emang segitu berartinya aku di hidup kamu? " Agni kini membalas genggaman tangan Debo.

" Kamu lebih segalanya... "

Agni tersenyum manis dan langsung memeluk cowok dihadapannya itu. Rasa bahagia terasa dalam benaknya. Agni tak pernah tahu bahwa dia sangat berarti dalam hidup kekasihnya itu. Dan bahkan, dirinya lebih berarti daripada Ify.

" Jangan tinggalin aku ya, Ag. "

" Iya, aku nggak akan pernah tinggalin kamu. Aku sayaaang banget sama kamu, De. "

Debo memeluk Agni. Ia seakan tak ingin Agni pergi jauh dari hidupnya. Ia menatap Agni dalam-dalam. Dan kemudia mengecup kening Agni.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar