Senin, 21 Januari 2013

Love Is Blind #1 by : Kumpulan Cerbung Dan Cerpen Idola Cilik


Ini cerbung buat ngeganti The Magic Of Love yang ngga dilanjut lagi...
Semoga pada suka ya :D
Follow @WinaLaksmitaD

***

" Jangan bilang kalo lo berdua..... "

Cewek itu memandang cowok dan cewek yang semenjak tadi hanya bisa tertawa.

" Debo, Agni, kalian nggak jadian kan? "

Cowok itu menaikkan sebelah alisnya. Dalam hatinya Ia masih menahan tawa karena pertanyaan cewek dihadapan -DebodanAgni-.

" Iya, Kak. Dede sama Agni teh udah jadian. Emangnya kenapa, kak Ify? " Debo memandang cewek yang bernama Ify. Ify adalah saudara kandung Debo.

" Tapi kan... "

" Cakka? Tenang aja! Cakka nggak nyari-nyari aku kok, Fy. Hehehe... Sorry sebelumnya ya, Fy. Adik kamu yang imut-imut ini jadi aku gebet. Abisnya dari awal aku juga emang naksir sama dia. " Agni nyengir kuda pada Ify.

Ify hanya cekikikan memandang adik dan teman SMPnya itu. Ify tak pernah menduga bahwa adiknya akan bertemu dengan Agni. Sahabat SMP Ify. Padahal, selama ini Debo sama sekali tak pernah bercerita pada Ify. Dan sekarang, Ify mungkin masih terkejut dengan yang ada dalam pikirannya. Dugaan Ify ternyata benar bahwa adiknya berpacaran dengan sahabat SMP-nya.

" Kak, duluan ya... "

Ify tersadar dari lamunannya. Ia hanya tersenyum lalu membiarkan Debo pergi bersama Agni. Dalam hatinya, Ify merasa bahagia melihat adiknya kini sudah beranjak remaja dan mulai mengenal cinta.

***

Aku takut kamu pergi.
Kamu hilang.
Kamu sakit.
Aku ingin kau disini.
Disampingku selamanya.

Suara petikan gitar itu terdengar indah diseluruh pengunjung café BarBerryClub. Suara riuh teriakan penonton terdengar. Gadis itu sukses membuat penampilannya indah didepan seluruh pengunjung café.

" Terima kasih... "

Gadis itu segera turun dari panggung. Ia ingin sekali segera pulang dari café BarBerryClub karena tugasnya untuk mencari uang telah selesai. Banyak uang telah terkumpul didalam sakunya.

Bruukkk-
Gadis itu ditabrak seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengannya. Laki-laki itu nampak dalam pengaruh minuman keras. Bau rokok dan minuman keras tercium sangat menyengat.

" Eh, ada cewek cantik. " laki-laki itu menarik dagu gadis itu. Dan mendaratkan bibirnya dibibir gadis itu.

Gadis itu mendorong paksa sosok laki-laki dihadapannya. Emosinya meluap-luap seketika.

" BANGSAT! "

PLAKK!
Refleks tangan gadis itu melayang menampar pipi laki-laki itu. Teman-teman laki-laki itu menghampiri agar suasana tidak semakin menjadi ricuh.

" Kka... Cakka. Lo nggak apa-apa kan? Udah gue suruh jangan minum! Ini akibat masalah ortu lo lagi kan? Cakka... Cakka... " ucap laki-laki hitam manis disamping laki-laki yang bernama Cakka.

" Lo nggak usah ikut campur, Yo! Semua cewek yang di café ini hampir semua kok gue perlakuin kayak tadi. Lo nggak usah sangkut pautin ini semua ke masalah Ayah sama Bunda gue. Gue nggak suka! " Cakka mendorong Rio pelan.

" Aduh, maafin Cakka ya. Dia emang agak sedikit stress karena masalah pertengkaran ortunya yang mau pisah. Maafin dia ya. Siapa nama lo? " laki-laki bermata sipit itu menyapa gadis dihadapannya. Ia merasa tak tega melihat gadis itu yang kini tengah menangis.

" S...s...shilla... "

" Tega lo, Kka! Lo udah buat cewek nangis. Keterlaluan lo. Dan lo juga udah bikin penyanyi the best di café BarBerryClub nanggung malu karena ulah lo. " laki-laki hitam manis itu mulai angkat bicara dan menatap Cakka penuh emosi. Rio, teman sekolah Cakka.

" So? Lo pikir gue peduli? Sorry ya. "

" Gue mau pulang. Gue nggak mau disini. Permisi! " Shilla beranjak pergi hendak meninggalkan café. Namun, tangannya dengan cepat ditarik Rio.

" Gue anter ya? "

" No, thanks. Gue bisa sendiri kok. Makasih atas tawarannya. Tapi, gue lagi pengen sendiri. Setelah kejadian tadi, gue nggak akan pernah dateng lagi ke café BarBerryClub. Permisi! " Shilla tersenyum pada Rio lalu pergi meninggalkan café dengan cepat.

" Mau lo itu apa sih, Kka? Perasaan Oik, Agni lo juga sering giniin. Dan sekarang lo udah bikin malu penyanyi café BarBerryClub. Maksud semua ini apa sih? " laki-laki bermata sipit itu menatap Cakka.

" Udahlah, Vin. Percuma ngomong sama dia. Semuanya nggak akan ditanggapin. Malah ntar kita disangka orang gila ngomong sama orang yang lagi mabuk. Udah kita pulang aja. " ajak Rio pada laki-laki sipit bernama Alvin.

Buuuggghhh..
Cakka tanpa sadar menonjok pipi kanan Rio. Darah segar mengalir perlahan dari sudut bibirnya.

" Brengsek lo! "

" Heh... Maksud lo apa kayak gini? Lo mau nyari ribut sama gue? Lo salah nyari orang. Karena lo nggak pernah tau siapa gue. " Rio mendorong Cakka.

" Woy, udah dong! " Alvin melerai keduanya agar keadaan café tidak semakin runyam.

" Iya, gue emang nggak tau siapa lo. Dan gue nggak mau tau semua tentang lo. Pengecut! " Cakka tersenyum kecut lalu menyiramkan miras ke wajah Rio.

Byuuurrr... (?)

" Aaarrrgghhhh... Perih. " Rio meringis menahan perihnya miras yang terkena matanya.

" Sialan lo, Kka! "

Buaagghhhhtaktingtungqwebekqwebekkwek...
Alvin menonjok wajah Cakka. Cakka jatuh tersungkur dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Kemudian Ia pun pingsan dan tak sadarkan diri. Alvin langsung beranjak pergi untuk membawa Rio ke rumah sakit terdekat.

***

" Aauuww... "

" Eh, sorry sorry. Gue... " laki-laki yang menabrak gadis sipit itu tiba-tiba terbelalak kaget dan tak percaya.

" Sivia.... "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar