Cakka ketakutan. Dimana dia sekarang? Rumahnya sudah tidak kelihatan, kak Elang, gang-gang kecil sudah menghilang. Sekarang ia sudah terbaring di rumput hijau yang luas sekali, tidak ada tanda-tanda perumahan di dekat sana, lalu langitnya yang biru dengan awan-awan empuk seperti kapas, udara yang sejuk, jelas-jelas bukan negaranya yang sudah keruh oleh polusi. Ia lihat di atasnya ada daun-daun dan ranting pohon, sangat nikmat tiduran di sini. Tapi ia sadar ada 2 orang ‘manusia yang diragukan status manusianya’ di depan dia. Cakka langsung duduk dengan tergesa-gesa. Ia terus memandangi 2 mahluk asing itu. Sementara 2 manusia bertelinga dan berekor kelinci itu dari posisi berdiri membungkuk, sekarang salah satu mereka duduk di samping Cakka dengan senyuman yang ramah, manis, dan sangaaaat menggemaskan.
Cakka terus memperhatikan mahluk yang duduk di sebelahnya. Matanya hitam berkilau, bersinar seperti bintang, dan terus menatap Cakka dalam-dalam. Dua tangannya ditaruh di depan dada. Tampangnya polos sekali, rambutnya pendek berwarna hitam dan telinganya yang berbulu lembut menarik perhatian Cakka. Ekornya bergerak-gerak kecil pertanda ia sangat gembira dan dalam perasaan ‘Exited’.
Mahluk yang satunya bertampang sama, namun rambutnya lebih panjang dari pada mahluk satu lagi yang duduk di sebelah Cakka. Mahluk yang satu ini berkulit putih, senyumannya kecil, simple, tapi dengan senyuman sekecil itu ia sudah terlihat sangaaaat imut.
Cakka terus memperhatikan mahluk yang duduk disampingnya dan yang berdiri di dekatnya. Mata mereka sama-sama menyipit kalau tersenyum. Jadi tambah gemesin.
“Eh…” Cakka ingin mengucapkan sesuatu kepada 2 mahluk di dekatnya itu, dari pada diam selama setengah jam. Tapi sebelum berkata-kata, manusia bertelinga kelinci yang ada di sampingnya sudah mencolek pundaknya. “… Apa?” Tanya Cakka.
Yang duduk di sebelah Cakka hanya diam, namun sikunya berputar dan terus berputar. Lalu setelah 3 putaran tangannya berhenti bersamaan dengan jari telunjuknya ditunjukan ke dirinya sendiri. Ia pun berkata.
“…Agni”
Ternyata mahluk yang duduk di sampingnya bernama Agni. Cakka mengangguk, tandanya ia mengerti. Lalu yang satu lagi, yang berdiri di dekatnya juga melakukan hal yang sama dengan Agni, saat ia menunjuk dirinya, ia berkata.
“…Oik”
Maka mulut Cakka pun membentuk huruf ‘o’ dan ia mengangguk sekali lagi. Sementara Oik malah ikut ngangguk-ngangguk.
Cakka tentu juga ingin memperkenalkan dirinya. Ia pun mengajak Agni berjabat tangan dan keluar kata-kata.
“Namaku Cakka…”
Agni hanya diam di tempat, matanya masih bersinar-sinar dan kini mulai bergerak-gerak. Agni memandangi tangan Cakka lama sekali seperti sedang berpikir keras, namun ia tidak mendapatkan jawabannya. Agni pun memandang muka Cakka kembali, matanya penuh Tanya dan ekspresi tidak mengerti. Dahi Cakka pun mengkerut. Agni lalu mengalihkan pandangannya ke Oik, seperti adik kecil yang minta bantuan dari kakaknya. “Aku harus apa?…” kalau mata Agni bisa bicara mungkin pertanyaan itu yang akan terucap. Cakka kembali mempertegas kalau ia ingin berjabat tangan dengan mendekatkan tangannya pada Agni lagi. Agni mundur setengah langkah. Masih dalam posisi duduk Agni kembali memandangi tangan Cakka, lalu muka Cakka, lalu muka Oik, lalu tangan Cakka lagi, muka Cakka dan terus berulang. Hingga akhirnya ia pasrahkan apa yang akan terjadi. Seperti anak kecil yang di pergoki gurunya dan disuruh mengerjakan satu soal yang belum di ajari sama sekali. Agni mengangkat tangan kanannya dari dada, lalu di dekatkan ke atas tangan Cakka yang ingin berjabat tangan.
Pluk’
Bukan di jabat, bukan di tangkas, bukan juga di pukul, Agni malah menyentuh tangan Cakka dengan lembut, pelan, tapi cepat sekali. ‘Hanya coba-coba sekali’ Jadi benar-benar mirip kelinci. Kedua tangannya dari tadi masih mengepal. Ia angkat lagi tangannya yang baru menyentuh tangan Cakka ke depan dada. Cakka pun menarik tangannya kembali. Agni pun memandang Cakka dengan senyum lega.
Namun Cakka memasang kembali tangannya, dan di dekatkan ke Agni kembali. Senyuman Agni seketika hilang, kini tampang murung dan melas memenuhi mukanya. Matanya penuh dengan tanda tanya, sayang Cakka tidak mengerti. Maka terjadi kejadian yang sama. Agni kembali memandangi tangan Cakka, lalu muka Cakka, lalu muka Oik, lalu kembali lagi ke putaran yang sama. Dan Ia berhenti di muka Cakka. Matanya kini berkaca-kaca, ia menahan nafas dalam-dalam.
“Aku…” katanya pelan. “Aku… Salah?…”
Cakka makin bingung, namun tangannya tetap mengarah ke Agni. Agni mencoba tegar, ia tetap berusaha tersenyum, tapi matanya hampir banjir air mata. Agni mengarahkan pandangannya ke Oik.
“Salah?…” tanyanya lagi.
Cakka mulai prihatin, kini ia yang jadi salting. Kalau Agni jelas-jelas bertanya, Cakka hanya bertanya dalam hati. “Apa Aku… Salah?”
Air mata Agni akhirnya tak bisa ditampung lagi. Ia menangis tersedu, air matanya diseka berkali-kali dengan tangannya sendiri.
Cakka akhirnya sadar, ia telah membuat nangis seorang perempuan, teganya dirimu Cakka. “Bagaimana ini?… Cak, didiemin dong..” kata Cakka ke dirinya sendiri.
“Maaf!… jangan nangis… Aku… Aku yang salah… Agni nggak salah kok…” Cakka menggenggam tangan Agni agar tidak gemetaran, ia juga menyeka air mata yang mengalir di pipi Agni.
“Nggak pa-pa, Agni… Agni nggak salah kok..” Cakka pun menirukan bagaimana caranya Agni dan Oik memperkenalkan diri tadi. Setelah ia menunjuk dirinya ia berkata.
“Cakka…”
Agni dan Oik pun berpandangan, lalu mereka tersenyum riang. Cakka mulai senang berada disini. Biar deh nggak ada kak Elang, enak juga ngeliatin 2 anak cewek tersenyum. Manis dan lucu lagi. Lalu Agni mengajak Cakka berdiri. Setelah itu Cakka, Agni dan Oik pun saling berpandangan. Tiba-tiba Cakka tertarik lagi dengan telinga kelinci yang di miliki Agni. Tanpa disadari, Cakka mengangkat tangannya dan ia sudah membelai rambut Agni yang halus. Agni menunduk sedetik, matanya terpejam dan pelan-pelan di buka lagi. Agni memperhatikan tangan Cakka yang sedang membelai rambutnya.
“Eh… maaf…” Cakka pun mengurungkan niatnnya, ia tarik kembali tangannya.
Agni memandang Cakka dan tersenyum ramah. “…Nggak apa-apa kok…”
“Hm?…” Cakka kaget. Jarang sekali ada yang ngebolehin kepalanya di elus sama Cakka. “Oh… Eh… boleh aku pegang nggak telinganya?…” Aduh Cakka iseng banget sih. Agni kan juga manusia.
“mm…”Agni bergumam sebentar. “…Boleh”
“Yes!” Cakka kegirangan. Dengan tangkasnya, tangannya memainkan telinga Agni. Di pelintir kesana kemari. Anehnya, walau awalnya telinga Agni tegak ke atas, saat di tarik dengan lembut ke bawah oleh Cakka, Agni tidak protes dan tidak sakit sama-sekali. Cakka pun semakin Happy. Di elus-elus telinga Agni, lalu lekukan kesana kemari. Sementara yang di elus telinganya hanya diam dan terus tersenyum.
“Agni…” kata Cakka terputus.
“Iya?…” Tanya Agni.
“Agni itu… manis yah?”
“Hah?” Agni terkejut. Telinganya langsung berdiri tegak.
‘Aih!’ Cakka bisa aja. Agni jadi senyum-senyum gaje. Senyum malu-malu kucing, andalan Agni tuh.
“Yay!” Agni langsung memeluk Cakka eraaat sekali. “Cakka juga…”
‘Asek Aseeek’ kayaknya Cakka kesenengan tuh dipeluk sama cewek manis kayak Agni. Setelah beberapa saat, Cakka baru ingat masih ada Oik di dekat mereka.
Oik memandangi Agni dan Cakka dengan pandangan senang sekali. Tapi matanya juga seperti berkata.. “Aku juga mau meluk…”
Oik mengambil nafas panjang dan berkata perlahan. “Aku…”
“Kalo aku gimana?…” Tanya Oik dengan polos dan ragu.
“Iya!” Agni tiba-tiba melepaskan pelukannya dari Cakka. Lalu mendekati Oik, dan berinisiatif mengelus-ngelus telinga Oik. Sepertinya Agni ingin menunjukan kalau telinga Oik juga enak di elus, nggak Cuma dirinya yang manis… kakaknya, Oik juga kok.
“Oik juga…” Cakka sengaja memperlambat kata-katanya. Ia mau tau respon apa yang diberikan Agni dan Oik.
Selama Cakka diam, Agni dan Oik tidak mengalihkan pandangannya sama sekali. Sepertinya mereka memang sangat polos.
“Oik juga… Imut…”
“Yay!” Agni dan Oik pun memeluk Cakka bersama-sama. “… Cakka juga…”
………………………………#
Setelah diceritakan oleh Agni dan Oik, akhirnya Cakka pun tau dimana dia sekarang. Ternyata sekarang Cakka terdampar di salah satu Negara di dunia Kingdom Of Dream. Negara yang ia pijak sekarang bernama Animalia, disini dipanggilnya Kingdom Animalia. Sepertinya semua orang yang ada di Negara ini berwujud setengah manusia setengah hewan. Sebenarnya hewannya beragam, tapi mayoritas Negara ini kebanyakan berwujud setengah manusia setengah kelinci. Tadinya Cakka langsung ingin menanyakan, ‘kalo portal ke dunia asalku, Bumi lewat mana ya?… timur, selatan, barat atau utara?…’ tapi saat ditanya tentang bumi dan manusia saja Agni maupun Oik malah balik nanya.
“Manusia itu Negara apa?… Bumi binatang jenis apa?”
‘kwekwew’ 2 hal itu aja nggak tau, mana tau jalan kesana lewat mana? Ya sudah, karena kebetulan saat itu Agni dan Oik sama-sama ngajak Cakka ke salah satu rumah teman mereka maka Cakka lebih memilih ikut bareng Agni dan Oik dari pada menunggu seharian di tempat ini. Siapa tau teman mereka tau tentang Bumi dan Manusia?… Jadi… kenapa tidak?..
…
Ini bonus pitcure-nya…
Thats for now. Hope you like it^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar