Jumat, 21 Desember 2012

Apa Salahku (A Short Story)


by : cakshil


“sori vin, aku ngga bisa…”

“ntaran aja ya vin.. aku lagi sibuk”

“males ah, lain kali aja ya vin”

“aku udah ada janji sama temen aku, jadi maaf, aku ngga bisa”

Yap, selalu… selalu kalimat-kalimat itu yang kamu ucapin tiap kali aku ngajak kamu, entah itu untuk jalan-jalan, main ke rumahku, atau sekedar makan siang bersama. Bingung, aku beneran bingung
banget sama semua sikap kamu akhir-akhir ini ke aku. Semakin menjauh.. itu yang
ku rasa.. kamu menjauh dari aku, dan entah karena apa, aku pun tak tau…

***

Oke, kenalin .. gue Alvin, itu tadi sekilas cerita tentang pacar gue Shilla yang akhir-akhir ini mulai berubah, dia udah ngga kayak dulu lagi. Tapi, walaupun gitu.. gue tetep mau positif thinking
kok sama dia. Bukan kah berburuk sangka adalah hal yang buruk, lagi pula..
mungkin saja dia lagi sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya dan gue harap itu
emang bukan cuma sebuah alasan dia buat menjauh dari gue.. I hope..

***

Pagi ini matahari bersinar begitu cerah, hari minggu ini gue berniat buat ngajak Shilla jalan, kangen gue sama dia.. udah lama kita gak ketemu, sekitar 1 bulan lah.. ya, walaupun kita sekampus
(beda jurusan).. oke, kayaknya gue harus nelpon dia dulu deh sebelum gue
berangkat kerumah dia.

“hallo beb..” sapa gue pada Shilla setelah dia mengangkat telepon.

“hai.. haloo beb, kenapa?” jawab Shilla sedikit gugup. Kenapa Shilla musti gugup? Lagi pula Alvin hanya meneleponnya kok.

“main yuk, kangen nih sama kamu..” ajak gue.

“ehm… ehm.. gabisa beb, aku udah janji sama bunda mau ngater belanja, lain kali aja ya, gapapa kan?” tolak Shilla.

“yaaaah.. masa ngga bisa sih? padahal kan udah lama banget kita ngga ketemu beb. Apa kamu ngga kangen sama aku?” tanyaku.

“ha? Kangen.. ya, aku kangen lah sama kamu”

“aku juga kangen banget sama kamu beb, makanya main yuuk, ayolah pliis.. Shilla cantik deh” Rayuku.

“beneran deh aku ngga bisa, maaf yaaa” tolak Shilla lagi. Aku menghela napas panjang. Yasudah lah.

“oh gitu ya, jadi beneran ngga bisa? Yaudah deh, lain kali aja.. bye beb.. love you”

“bye”. Klik, gue putusin sambungan telepon antara gue dan Shilla. Yap, seperti yang gue duga, dia pasti nolak. Tapi, its ok.. gue bisa rubah rencana gue untuk hari ini. Hem.. gue putusin
buat main ke taman kota. Kayaknya disana asik deh.


Shilla P.O.V

Hufftt.. lagi-lagi Alvin ngajak gue pergi. Jelas gue ngga mau lah.. males juga kali, lagian gue udah ada janji juga sama orang lain.. hehhe..

Dddrrrrrtttt… eh, hape gue geter, siapa yah yang nelpon? Apa Alvin lagi? Gue menebak-nebak.

‘Cakka Calling’.. yes Cakka, klik..

“hallo my dear..” ucapku.

“gimana, jadikan kita perginya?” Tanya Cakka dari seberang sana.

“ya so pasti jadi donk..” jawabku.

“hm,,, 15 menit lagi aku sampe ke rumah kamu, siap-siap ya.. dandan yang cantik ya sayang” ucapnya.

“oke deh, bye my dear..”

“bye”. Telepon terputus.


Alvin P.O.V

Udah lama keliling-keliling di taman, tapi, ga ada satupun yang seru. Ke bioskop deh.. siapa tau disana ada film yang seru, lumayan bisa sedikit ngilangin penat.

:: Di Bioskop ::

‘gilaaa.. antriannya panjang bener’ ucap gue dalam hati. Sambil nunggu antriannya sedikit lengang, gue pilih duduk di bangku deket loket. Gue edarkan pandangan gue ke sekeliling area bioskop.
“Shilla” ucap gue pelan. Sama siapa dia? Kok sama cowo? Wajah lelaki yang duduk
di samping Shilla.. tidak begitu jelas terlihat. Tapi, sepertinya gue pernah
liat dia, tapi dimana ya?.. jadi inget, tadi waktu gue ajak jalan, dia nolak,
katanya mau ngaterin nyokapnya belanja, kenapa sekarang malah ke bioskop?
Bareng cowo lagi. Sejak kapan bundanya Shilla berubah jadi laki-laki dan sejak
kapan kita bisa berbelanja di area bioskop? Gue mulai pusing, dada gue sesek
banget liat pemandangan kayak begini, gila aja.. pacar gue mesra-mesraan sama
cowo lain di depan mata gue. Gimana ngga ancur hati gue?

Gue beranjak dari kursi yang tadi gue dudukin. Ga ada niat buat ngelabrak Shilla sekarang. Ngga ada niat buat dateng dan minta penjelasan sama Shilla sekarang. Oke, gue ngeDOWN… gue memilih untuk
pulang kerumah dan gue harus renungin apa salah gue, apa dosa gue ke dia sampai-sampai
dia tega nolak ajakan gue demi jalan sama cowo lain.

***

Malem ini ngga ada bintang seperti malem-malem kemarin. ya, itu karena sejak tadi sore hujan mengguyur kota Jakarta. Gue duduk dibalkon kamar gue, gue termenung.. gue rasa, gue harus introfeksi
diri.. tentang kenapa akhir-akhir ini Shilla berubah.


FLASHBACK : ON

Sore ini gue berniat ngajak Shilla buat dinner di sebuah café di dekat pantai. Setelah Shilla menyetujuinya, gue lalu bergegas jemput dia make mobil kesayangan gue. Udah sekitar 3 minggu ini gue
kenal Shilla, dia baik, dia manis, dia cantik, dia ceria dan ramah.. gue
ngerasa nyaman kalo lagi ada di deket dia, dan gue pikir, dia juga ngerasain
hal yang sama sama gue.


:: Di Cafe::

“gimana Shil, kamu suka ngga?” Tanya gue.

“suka, suka banget.. kereen lagi.. romantis pula” ucap Shilla kagum.

“apa? Lo suka sama gue? Lo bilang gue keren dan romantis? Thanks Shilla” ucapku sedikit bercanda.

“yeee… bukan lo kali Vin, tempatnya” ujar Shilla sambil menjulurkan lidahnya kepadaku. Kami tertawa bersama.

“Shil, duduk disini deh.. kita liat sunset dulu..” ajak gue. Shilla hanya menurut.

“kita itung bareng-bareng yuk.. mulai dari sepuluh”. Shilla mengangguk.

“10.. 9.. 8.. 7.. 6.. 5.. 4.. .3.. 2.. 1.. kereen” ucap kami bersamaan.

“keren ya Vin sunsetnya.. indah banget tau ngga” ucap Shilla sembari tersenyum.

“iya Shil, aku juga mikir gitu.. indah, kayak kamu” ucapku sambil menggoda Shilla dan tersenyum jahil ke arahnya. Shilla mencubit pinggangku.

“gombal yaaa.. masih kecil juga udah pinter gombal.. yee” ucap Shilla sambil tertawa.

“idih.. aku udah gede gini juga.. masih aja dibilang kecil” ucapku sambil cemberut.

“ih, Alvin cemberut, lucu deh.. mirip bebek.. hahahahaha” tawa Shilla kembali terdengar. Kami terdiam beberapa saat.. hening….

“Shil…” ucapku memecah keheningan diantara kita.

“hmmm…” jawab Shilla sambil menghadapkan wajahnya kearahku.

“Shil.. ngga kerasa yah udah 3 minggu kita deket” ujarku. Shilla tersenyum.. senyumnya, setiap kali aku lihat senyumnya hatiku terasa beku.. seperti berada di kutub utara.. hahaa.. aneh..

“Shilla, selama aku deket sama kamu, aku ngerasa nyaman banget, kamu baik, perhatian dan pengertian.. aku suka sama kamu Shil”. Lalu Shilla menatapku..

“kenapa?” tanyaku pada Shilla.

“ngga apa-apa kok” jawab Shilla.

“malem ini juga, aku pengen kamu jadi pacar aku Shil” ucapku sedikit memaksa. Ku genggam kedua tangan Shilla, dingin.. mungkin dia gugup, sama sepertiku.. kurasa…

“Shil, kamu mau ngga jadi pacar aku? Jadi sesuatu yang indah dalam hatiku..” tanyaku serius. Shilla menunduk. Ku lepaskan tangan kananku yang tadi ku gunakan untuk memegang tangan Shilla. Aku
sentuh dagunya.. ku angkat wajahnya agar dia tidak lagi menunduk.

“so, gimana jawabannya Shil?” tanyaku lagi. Shilla terdiam sepertinya dia sedang berfikir.

“ya Alvin.. aku mau” jawabnya singkat, tapi sudah menjawab segala pertanyaan hatiku saat ini. Kemudian, refleks ku peluk Shilla.. “thanks banget ya Shil” ucapku.

2 bulan telah berlalu. Aku dan Shilla semakin dekat, dia semakin terasa spesial di hatiku. Tapi, semua itu berubah, saat aku dan Shilla berniat untuk makan siang bersama diluar kampus, dan
disana.. dengan tak sengaja Shilla bertemu teman lamanya..

“hai, Shilla ya?” ucap seorang laki-laki dibelakang kami, saat aku dan Shilla sedang mengantri. Shilla menoleh, begitu pun aku.. seketika itu juga Shilla memeluk laki-laki itu, ada rasa cemburu
dalam hatiku, begitu hebat rasa sakitnya.. apa Shilla tidak tau, aku disini..
aku pacarnya.. ada disampingnya saat dia memeluk laki-laki yang belum ku kenal
itu.

“Cakka,,, Cak… gue kangen banget sama lo.. lo kemana aja?” ucap Shilla sesaat setelah dia melepaskan pelukannya. ‘oh, Cakka ya namanya.. tapi dia siapanya Shilla?’ aku mulai bertanya-tanya dalam
hatiku..

“gue kuliah di Aussie Shil dan sekarang gue lagi liburan di Indo. Sorii ngga pernah kasih kabar” ucap lelaki itu yang kini telah ku ketahui namanya adalah Cakka..

“yaudah, berhubung gue lagi mau makan siang, lo gabung aja bareng gue” ajak Shilla pada Cakka tanpa meminta persetujuan dahulu padaku. Kami bertiga duduk di sebuah meja dengan 4 kursi.
Shilla dan Cakka saling berhadapan, sedangkan aku duduk di samping Shilla.
Shilla dan Cakka semakin hanyut dalam perbincangan mereka. Sampai-sampai Shilla
lupa bahwa dia datang kemari bersamaku, bukan bersama Cakka. Aku dapat
menyimpulkan sesuatu dari semua cerita yang mereka bicarakan, bahwa Cakka
adalah teman Shilla semasa SMA.

Setelah kejadian kemarin.. Shilla, dia berubah, sikapnya menjadi tak sama lagi. Berkali-kali aku meneleponnya, tapi tak juga diangkat. Berpuluh-puluh kali pula ku kirimkan pesan singkat
kepadanya, tapi nihil, semua pesanku tidak ada satu pun yang dibalasnya.

Sepulang kuliah, aku selalu berusaha menemuinya di kampus, dengan mendatangi dia di kelasnya.. tapi, nyatanya itu sia-sia, Shilla ngga ada.. pernah ku coba untuk datang kerumahnya. Tapi, Bi
Inah.. pembantu Shilla.. bilang, bahwa Shilla sedang tidak berada di rumah.
Lebih dari 3 minggu hubungan aku dan Shilla nampak tidak jelas. Aku seperti
terabaikan, terasa seperti sampah, barang bekas yang tak berguna, cepatlah ini
berakhir tuhan, aku rindu Shilla.

FLASHBACK : OFF


Hari ini juga aku mantapkan hatiku untuk menemui Shilla, tidak perduli bagaimana pun caranya, aku butuh penjelasan dari Shilla tentang hubungan ini.

Pukul 16:00 aku sampai di depan rumah Shilla, aku parkirkan mobilku di depan rumah Shilla, aku pencet bel rumahnya berkali-kali, tapi tak ada tanggapan, rumahnya pun terlihat sepi. Aku pun menelepon
Shilla, tapi sayang.. ponselnya tidak aktif. Aku putuskan untuk menunggu Shilla
disini.. 30 menit.. 1 jam… 2 jam.. 3 jam.. 4 jam.. aku tertidur.. “Alvin” pekik
Shilla, aku terbangun mendengar suara Shilla. “Shilla, akhirnya kamu pulang
ju…” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. Seorang laki-laki yang sepertinya
tidak asing bagiku datang.

“my dear, ini belanjaan kamu mau di taruh dimana?” ucap laki-laki itu tanpa memandangku. Apa? ‘my dear’ apa artinya itu? Itu bukan kah sebuah panggilan
‘sayang’? aku butuh penjelasan!!

“Shil, apa maksud kamu dengan semua ini, dan siapa sebenarnya dia?” Tanya ku sedikit emosi. Shilla terlihat tegang.

“emm.. emm”

“ayo, Shil.. jawab, siapa dia?” tanyaku lagi.

“dia.. emm.. dia Cakka, mantan aku waktu SMA dan sekarang aku cuma temenan sama dia” jawab Shilla sedikit ketakutan.

“apa? Temen? Yakin cuma temen?” ucapku menyudutkan. Aku berjalan menuju Cakka, aku datang dan langsung mencengkram kerah bajunya.

“apa maksud lo? Lo mau rebut dia dari gue?” ucapku begitu emosi.

“santai bro, santai.. lepasin dulu tangan lo ini dari baju gue, dan gue bakal jelasin semuanya ke elo, asal lo lepasin tangan lo ini” ucap Cakka. Kulepaskan genggaman tanganku dari kerah
baju Cakka dengan kasar.

“cepet lo jelasin sekarang!!” perintahku.

“oke, gue jelasin ke elo sekarang, lo inget kan kalo kita pernah ketemu di café beberapa waktu yang lalu, itu juga awal pertemuan gue dengan Shilla, setelah sekian lama kita ngga ketemu.. dan
seperti yang lo ketahui, Shilla mantan gue waktu SMA.. dan gue dateng lagi ke
Indo emang dengan tujuan untuk menemui Shilla dan ngajak doi balik lagi ke
pelukan gue” jelas Cakka. Gue kembali geram, dan kembali gue cengkram kerah
bajunya.

“eitss.. bentar dulu bro, gue belum selesai cerita, dengerin dulu” ujar Cakka. Gue lepasin (lagi) tangan gue dari bajunya.

“setelah itu gue dan Shilla kembali deket, dia ngaku sama gue kalo lo tuh temennya, bukan pacar dia” deg, hancur banget hati gue denger pengakuan Cakka.. Shilla tega banget sama gue, dia ngga
tau betapa sayangnya gue sama dia, betapa rela gue berkorban demi dia, tapi apa
balasannya? Dia malah gini sama gue, mungkin salah gue juga, jadi cowo terlalu
baik.

Gue alihkan pandangan gue kearah Shilla, gue lihat dia lagi nangis, pengen banget saat itu juga gue peluk dia untuk sekedar nenangin hatinya. Tapi, kayaknya sekarang bukanlah saat yang tepat buat
ngelakuinnya.

“semakin hari gue semakin yakin kalo Shilla lagi sendiri, dengan dia selalu mau tiap kali gue ajak pergi” ujar Cakka meneruskan ceritanya. Oh… jadi ini alesan Shilla selalu nolak ajakan gue.. ya,
karena dia lebih milih jalan sama Cakka, cinta masa lalunya di bandingin sama
gue yang notabene pacar dia saat ini.

“suatu hari, gue ajak Shilla ke suatu tempat, gue nyatain lagi cinta ke Shilla.. gue minta dia balik ke gue, dan dengan mantap Shilla bilang ‘iya’ ”. What? Ternyata Shilla ngeduain gue, oke
fine.. ‘BUGH’ .. tanpa ba.. bi… bu.. lagi, gue layangkan tonjokan gue tepat di
muka Cakka, penuh emosi.. dan penuh rasa kebencian.. Cakka jatuh tersungkur,
gue ngga perduli sama dia. Gue samperin Shilla yang lagi nangis disana.

“Shil, jadi kamu maunya apa? Apa kamu mau hubungan kita sampai disini aja? Apa kamu lebih milih dia dibanding aku? Apa dia lebih baik dari aku? Apa aku ngga pernah ngertiin kamu, sampai-sampai
kamu tega ngeduain aku kayak gini?” tanyaku bertubi-tubi pada Shilla. jujur,
sakit hati gue saat ngomong semua itu, tapi semua itu emang harus gue ucapin,
demi mendapat penjelasan dari Shilla. Bukannya menjawab, Shilla malah semakin
keras menangis. Lalu kudekap tubuh Shilla, hangat.. aku rindu saat-saat seperti
ini, saat aku mendekap Shilla, dan kini semua terwujud.. tapi, yang aku mau
bukan dalam situasi seperti ini. Kulepaskan dekapanku. Ku tatap kedua mata
Shilla, ku temukan penyesalan dimatanya.

“Shil, jadi kamu maunya gimana? Aku bakalan terima apapun keputusan kamu, yang penting kamu bahagia dalam endingnya.. sumpah aku rela” ujarku lagi. Sekarang Shilla mendekapku, begitu
erat. Aku lepaskan dekapannya dari tubuhku, karena yang aku butuhkan sekarang
adalah kejelasan, bukan kehangatan.

“aa.. aalvin” Shilla mulai berbicara.

“ya Shil, jadi apa keputusanmu?” tanyaku. shilla kembali meneteskan butiran bening dari matanya. Aku tau itu, karena butiran itu jatuh mengenai tanganku. Sebab saat itu, aku sedang berlutut sambil
menggengam kedua tangan Shilla yang sedang duduk di kursi.

“aku.. hiks.. lebih milih” Shilla kembali diam.

“Siapa Shil? Siapa yang kamu pilih?” tanyaku tak sabar. Kudengar suara Cakka yang sedang meringis kesakitan di ujung sana, karena tojokkan ku tadi, yang kulayangkan padanya dengan begitu kuat..
dan tetap aku tak peduli, begitu pun dengan Shilla, dia tetap membiarkan Cakka
kesakitan disana, tidak ada tindakan untuk menolongnya saat itu juga.

“Alvin, kamu harus janji ya.. kamu harus terima apapun yang aku pilih” ujar Shilla. Aku mengangguk. Saat ini aku mulai pesimis, sepertinya Shilla tidak akan memilihku, tapi kucoba buang jauh-jauh
pikiran itu. Aku menatap Shilla lekat-lekat, begitu pun Shilla.

“Alvin, selama aku jadi pacar kamu, aku bahagia.. bahagia banget, ngga pernah sekali pun kamu buat aku sedih” aku tersenyum mendengar penuturan Shilla.

“Tapi, bersama Cakka.. aku pun merasa bahagia.. terlebih lagi, rasanya aku kembali menemukan sesuatu terpenting yang dulu pernah hilang dari hidupku”. Muka ku memerah, bukan karena marah, tapi
karena aku ingin sekali menangis.. tapi sialnya, aku adalah seorang lelaki.

“jadi Alvin, maaf.. kayaknya aku ngga bisa nerusin hubungan kita ini, aku lebih milih Cakka, maaf” Ucap Shilla sambil terisak, dan refleks aku langsung melepaskan genggaman tanganku darinya.
Kecewa, sungguh kecewa.. aku ngga nyangka kalo Shilla lebih milih masa lalunya
dari pada kehidupannya kini. Menyesal dulu aku pernah mengenalnya, harusnya
dari awal aku tak perlu bertemu dengannya, dan mungkin aku tidak akan pernah
merasakan sakit, sesakit ini.

Aku bangkit, lalu pergi meninggalkan Shilla begitu saja, tanpa berkata apa-apa, karena tujuanku telah terpenuhi, yaitu mendapat jawaban dari semua pertanyaan hatiku.

Ku masuki mobilku yang sedari tadi kuparkirkan di depan rumah Shilla, aku injak gas mobilku agar aku cepat-cepat enyah dari rumah Shilla, sungguh aku enggan untuk menemuinya lagi, bahkan untuk
melihatnya pun –walau sekilas- aku tak mau. Tiba-tiba saja hujan jatuh
membasahi bumi, langit seakan merasakan hal yang sama sepertiku saat ini.
Sungguh, walaupun kisahku dengan Shilla berakhir buruk seperti ini, aku tetap
bersyukur bahwa dia pernah menjadi bagian hidupku.

Ku injak pedal gas mobilku semakin kuat, dan itu membuat mobilku melaju semakin cepat. Kacau.. begitu kacau pikiranku saat ini.. yang aku pikirkan adalah Shilla dan kebodohan diriku sendiri yang
tidak dapat membuat Shilla tetap bertahan dalam pelukanku.. lampu lalu lintas
di perempatan jalan menyala berwarna merah, tapi aku tidak perduli.. aku tetap
melajukan mobilku dengan kecepatan penuh.. dan tanpa ku tahu, dari samping ada
mobil truck yang juga melaju dengan kecepatan tinggi dan… ‘DUUAAARR’..

Sakit, pusing, aku merasa tubuhku penuh dengan darah, sekilas kulihat sekelilingku banyak sekali warga yang mengerumuniku.. ku coba untuk bangkit, tapi begitu sulit.. ringan, sekarang aku
dapat bangkit dengan mudah.. tapi, apa? Aku bisa melihat tubuhku sendiri tanpa
perlu bercermin? Bahkan saat ku coba meraih pintu mobilku, benda itu sudah
tidak dapat ku sentuh.. semua seakan hampa, seperti bayangan.. ada apa
denganku?

Siapa pun, gue disini.. kenapa? Kenapa mereka semua ngga ngehirauin gue? Apa gue ngga terlihat? Ah entah lah.. tapi, samar-samar ku dengar seorang warga berkata, bahwa nadiku telah berhenti.. apa
mungkin aku telah meninggal dunia? Tapi mengapa? Aku masih ingin hidup, aku
masih ingin mencari pengganti Shilla untuk menemaniku, tapi mengapa ini
kenyataan yang ku dapat.. miris sekali rasanya hidupku ini.

Sesaat kemudian, kulihat ada cahaya diatas sana, begitu terang dan putih… tiba-tiba saja tubuhku terangkat menuju cahaya itu, entah apa yang membuatku dapat melayang seperti ini.. aku memasuki cahaya itu.. perlahan
cayaha itu tertutup dan hilang….

CERPEN




Bersamamu…
Kulewati…
Lebih dari seribu malam…
* * *

"Lihat ada bintang jatuh!"


Ify menunjuk sesuatu yang bergerak cepat ke bawah membentuk sebuah cahaya yang terang di atas langit sana.
“Cepat buat permohonan, io!” Ify menyenggol lengan Rio yang duduk di sebelahnya, kemudian ia langsung memejamkan mata.
Rio mengikuti gerak-gerik gadis di sebelahnya, membuat sebuah permohonan.
* * *
Malam itu seperti biasa, Rio dan Ify duduk di atas bukit sambil memandang langit malam yang penuh bintang. Mereka sama-sama menceritakan harapan, dan impian yang akan mereka raih. Disana, mereka berbagi cerita bersama sambil menikmati indahnya malam.
Rio dan Ify, dua sahabat yang telah bertahun-tahun lamanya bersama. Membawa sejuta kisah suka dan duka tentang persahabatan mereka. Kedua insan yang memang ditakdirkan bersama, untuk merangkai hari demi hari yang penuh makna, serta menjalani setiap detik hanya berdua.
 * * *
“Bintang yang indah…” ucap Ify yang masih mengarahkan kedua matanya ke langit.
“Yaa. Seindah…” ucapan Rio menggantung. Ia berpikir sejenak, apakah ia harus mengatakan hal itu apa tidak.
Ify menoleh ke Rio, karena terlalu lama menunggu lanjutan kalimat Rio. Melihat Rio yang nampak bingung, Ify langsung tersenyum dan menggeser pantatnya mendekati Rio. Rio ikut menoleh ke Ify yang pula tengah menatap ke arahnya.
“Seindah persahabatan kita, io.” Kata Ify sambil menatap lekat kedua bolamata Rio.
Rio pun demikian. Menatap lekat kedua bolamata Ify, yang entah sejak kapan ia mencintai bolamata tersebut. Mencintai kedua bolamata Ify, ya, sangat mencintainya.
Hening kemudian. Mereka sama-sama diam dalam tatapan. Tak lama, hanya dua detik. Setelah itu, Ify kembali menggeser pantatnya agak menjauh dari Rio, dan kembali memandang bintang di langit. Sementara Rio…
Ya, Rio masih terus menatap gadis di sebelahnya. Sahabatnya. Ah, bukan… Entah kenapa Rio menginginkan lebih dari itu. Rio ingin lebih dari sekedar sahabat dengan Ify. Karena, Rio mencintainya. Ya, mencintai sahabat gadisnya.
Izinkan aku mencintainya, Tuhan… batin Rio dalam hati.
* * *
Bersamamu…
Yang kumau…
Namun kenyataannya tak sejalan…
* * *

Rio membuka bungkusan kecil yang ia terima dari sahabatnya. Sementara Ify hanya tersenyum melihat gerak-gerik Rio yang mulai merobek bungkusan tersebut.
“Indah bukan?” Tanya Ify ketika Rio berhasil menemukan barang di balik bungkusan tersebut.
Rio memandang seuntas kalung yang ia pegang. Kalung itu memiliki sebuah tulisan, dan tulisan itu adalah… Rify.
Ify langsung merebut kalung yang Rio pegang, kemudian Ify melingkarkan kalung tersebut di leher Rio. Rio menatap lagi kalung itu.
Rify… Rio-Ify. Ya, begitulah nama panggilan untuk mereka berdua.
“Untukku?” Tanya Rio sambil memegang kalung yang dilingkarkan di lehernya.
“Iya dong. Dan kau tahu? Aku juga punya…” Ify kemudian menunjukkan seuntas kalung yang ia sembunyikan di balik kerah bajunya. Kalung tersebut persis dengan kalung yang dimiliki Rio, memiliki tulisan ‘Rify’.
Ify kemudian merangkul pundak Rio. Tangannya yang lain memegang kalung yang terlingkar di lehernya.
“Kalung ini sebagai tanda persahabatan dan hanya dimiliki kau dan aku. Itu artinya, Rify hanya milik kita berdua. Dan, Rify hanyalah sepasang sahabat yang ditakdirkan untuk bersama oleh Tuhan,” kata Ify.
DEG, entah Rio merasa jantungnya berhenti berdetak usai mendengar kata-kata Ify barusan. Seakan Rio tak bisa menerima ucapan tersebut. Bagaimana tidak? Ify… Gadis itu memang sahabatnya. Namun tak bisakah Ify mengerti bila Rio ingin lebih dari itu? Dan kenyataannya memang tidak. Dengan cara apapun Rio berusaha, Ify tetap tidak akan mengerti. Karena Ify hanya menganggap Rio adalah sahabat. Ya, sahabat yang ditakdirkan untuk bersama.
* * *
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan…
Izinkan aku untuk mencintanya…
* * *

Beasiswa?” Rio kaget.
“Ya. Kalau kau tak percaya, baca saja ini.” Ify lalu menyerahkan secarik kertas kepada Rio.
Rio yang cepat antusias langsung mengambil kertas yang diberikan Ify dan membacanya dengan cepat. Membacanya dengan cepat? Ah, rasanya tidak. Di tengah kalimat saja, Rio sudah mulai malas membaca. Bagaimana tidak? Sahabat gadisnya itu, Alyssa Saufika Umari menerima beasiswa musik di luar negeri. Tepatnya di Australia. Dan Rio tahu benar bahwa dari dulu Ify memang telah bercita-cita ingin masuk ke sekolah tersebut. Untuk mengembangkan bakat musiknya di Australia, dan menjadi pemusik yang terkenal. Tak mungkin bila Ify akan menolak tawaran beasiswa tersebut.
“Kau… kau akan mengambilnya?” Tanya Rio mencoba untuk tegar. Karena separuh hatinya telah kecewa membaca surat tersebut. Bukannya kecewa karena Ify mendapat beasiswa, justru Rio senang karena sahabatnya telah berhasil mencapai impian yang ia ingin raih. Namun itukah artinya Ify akan meninggalkan Rio? Sendirian…
“Hmm, aku pikir-pikir dulu io. Lagipula aku juga harus membicarakan hal ini pada orangtua. Tapi mungkin harapanku untuk mengambilnya lebih besar daripada menolak.” Ucap Ify tersenyum lebar.
Rio perhatikan gadis yang duduk di hadapannya itu. Gadis itu tersenyum puas, sambil berkali-kali membaca kembali surat yang ia pegang. Pula ia peluk surat tersebut sambil memandang langit. Rio tahu, Ify pasti senang. Impiannya akan segera tercapai. Namun, apakah Ify bisa mengerti perasaannya? Perasaan Rio yang tak ingin Ify pergi dari sisinya. Perasaan Rio yang ingin memiliki Ify lebih dari seorang sahabat. Dan perasaan Rio yang sangat perih mendengar kabar beasiswa itu. Ya, jawabannya hanya satu. Ify takkan pernah mengerti. Namun, apakah tak ada sedikitpun celah di hati Ify untuk menerimanya lebih dari seorang sahabat?
* * *
Namun bila waktuku telah habis dengannya…
Biar cinta hidup sekali ini saja…
* * *
“Kau akan mengambilnya?” teriak Rio.
Ify mengangguk mantap.
“Orangtuaku setuju. Lagipula memang dari awal aku menginginkan beasiswa itu. Hey, kau ingat kan io. Aku pernah bilang, aku sangat ingin masuk ke sekolah itu, dan menjadi pemusik yang terkenal. Dan kau tahu? Bila aku menerima beasiswa itu, tinggal selangkah lagi, io… Tinggal selangkah lagi aku bisa menjadi pemusik terkenal, seperti apa yang aku inginkan,” ucap Ify, kemudian pikirannya melayang jauh menerawang kehidupannya nanti yang akan ia jalani di negeri antah berantah sana. Pula memakai seragam sekolah tersebut yang sudah sangat dikenali oleh kebanyakan orang. Aih, Ify tak sabar.
Sementara Rio… hanya kekecewaan yang ia telan.
“Hem, oh iyaa… lusa aku berangkat.” Lanjut Ify kemudian.
JDER !!

Ada suara petir hebat di atas langit sana yang menghantam tepat di dada Rio.
Rio bangkit dari duduknya. Dan menghadapakan tubuhnya ke Ify. Ify menengadahkan kepalanya ke atas agar bisa melihat Rio.
“Jadi kau serius ingin pergi kesana?” Tanya Rio, sedikit membentak.
Ify kemudian ikut bangkit dari duduknya.
“Yap. Datang ya ke bandara lusa nanti. Kutunggu loh!” ucap Ify, yang masih saja sempat tersenyum. Padahal ia tak tahu bahwa sahabatnya itu sangat perih mendengar kalimat-kalimat yang ia ucapkan dari bibir manisnya itu.
“Oh jadi begitu…”
Refleks, Ify segera menoleh ke Rio yang mendengar nada sinis dari bibir Rio.
“Kau akan pergi ke negeri antah berantah, dan meninggalkan sahabatmu menelan kesepian.” Ucap Rio dengan nada yang sinis, tanpa melihat wajah Ify.
“Maksudku bukan begitu, io. Aku hanya ingin mengejar impianku. Sebentar lagi impianku akan menjadi nyata. Seharusnya kau senang dong aku ke Australia,” ucap Ify yang masih tetap tersenyum.
Rio memicingkan matanya, menatap Ify dengan sinisnya. Ify melihat jelas perubahan tingkah Rio.
“Senang? Apa yang kau bilang senang itu karena kau pergi untuk menjauh dariku?” bentak Rio kemudian.
Ify kaget, ya, sangat kaget. Senyum tak lagi terhias di bibirnya. Tiba-tiba rasa kekecewaan itu hadir dalam benaknya.
“Aku gak menjauh darimu, io. Aku hanya ingin mengejar impianku. Bukan untuk menjauh darimu,” balas Ify.
Rio membuang mukanya ke sisi lain.
“Oke, kau memang tidak menjauh dariku. Tapi kau akan meninggalkanku,” ucap Rio dengan nada datar.
Ify mendesah panjang, kemudian ia langkahkan kakinya mendekati Rio. Ia sentuh pundak sahabatnya itu, dan mengelusnya pelan.
Kau tak pernah mengerti perasaanku, Fy… Tapi sampai kapan kau takkan mengerti?? Aku mencintaimu, Fy. Aku tak ingin kehilanganmu… rintih Rio dalam hati.
Rio kemudian tersadar. Ia tak bisa begitu saja melepas Ify pergi. Ia mencintainya, sangat mencintainya… Ify tak boleh pergi darinya…
“Dulu kau menyuruhku untuk tidak meninggalkanmu…” ucap Rio datar, membuat Ify berhenti mengelus pundak Rio. Ia mundur selangkah ke belakang sambil menatap Rio yang tak menatapnya.
Kini Ify baru mengerti, bahwa sahabatnya itu tak ingin ia pergi jauh dari sisinya. Namun, tak mungkin bila Ify tetap bersama dengan Rio, menghabiskan waktunya bersama seperti dahulu kala, namun ia harus kehilangan beasiswa tersebut. Namun sebenarnya, Ify pun tak ingin bila harus meninggalkan Rio.
Rio kemudian menoleh Ify, menatap kedua bolamata Ify yang ia cintai itu yang juga kini tengah menatapnya.
“Tapi sekarang kamu Fy, kamu… Kamu yang akan tinggalin aku. Mana sumpah persahabatanmu Fy, manaaa……” bentak Rio sambil menahan perih di hatinya.
Ify benar-benar mengerti. Benar, Rio tak ingin ia jauh dari sisinya.
“Aku tau, io. Tapi apa kau sama sekali tak mendukung sahabatmu. Sahabatmu menerima beasiswa, io. Ke Australia, menjadi pemusik terkenal. Apa kau tak mendukungku?”
“Jadi kau lebih memilih beasiswa itu daripada persahabatan kita?”
“Jelas saja io… Aku mengambil beasiswa untuk pendidikanku di masa mendatang. Sedangkan sahabat? Sahabat ada dimana-mana io. Aku pasti punya sahabat disana, seperti kamu. Kamu juga akan mendapat sahabat seperti aku disini,”
GAK ADA YANG BISA SAMAIN AKU, FY…” bentak Rio dengan kerasnya.

“Kalau kau hanya mempedulikan beasiswamu itu, ambil saja… Tinggalkan aku, Fy. Tinggalkan aku disini sendirian, TANPA SEORANG SAHABAT,” bentak Rio menekankan kata ‘tanpa seorang sahabat’.
Ify menahan kekecewaan. Kini ia mengerti, beginilah Rio. Seorang manusia yang tak punya pengertian.
EGOIS KAU, IO… AKU BARU TAU TERNYATA BEGINILAH SIFAT ASLIMU…” Ify kemudian melangkah meninggalkan Rio sendiri di atas bukit sana. Sebutir airmata yang jatuh dari pelupuk matanya mengiringi langkah Ify meninggalkan tempat tersebut.
Rio memandang punggung Ify yang semakin jauh darinya. Kemudian, rasa penyesalan itu datang.
* * *
Tak sanggup…
Bila harus jujur…
Hidup tanpa hembusan nafasnya…
* * * 

Rio melirik jam tangannya, lalu kembali memandang langit di sore hari tersebut. Sendirian… tanpa ada Ify di sebelahnya.
“Ify udah berangkat…” ucapnya kemudian menghembuskan nafas.
Rio melepas kalung yang terlingkar di lehernya. Ia tatap lekat kalung bertuliskan ‘Rify’ itu. Sesaat, rasa penyesalan itu kembali hadir di benaknya.
Kenapa kau tak pernah mengerti perasaanku, Fy… batin Rio sambil menunduk.
Kemudian ia rebahkan tubuhnya di atas bukit, dan kembali memandang langit.
Tiba-tiba langit di sore hari berubah menjadi sebuah rekaman film saat Rio dan Ify bertengkar untuk pertama kalinya dua hari yang lalu. Rio hanya menyaksikannya sambil menggigit bibir, menahan perih.
“Egois kau, io… Aku baru tau ternyata beginilah sifat aslimu…”

Suara Ify. Yaa, Ify yang mengatakannya. Suara itu terngiang lagi di telinga Rio. Baru saat ini Rio mendengar ucapan itu dari mulut Ify. Ahh, kenapa hal itu harus terjadi?
* * *
Rio membuka matanya, yang entah sejak kapan terpejam. Ia edarkan pandangannya ke sekeliling. Tempat sama yang ia lihat sebelum matanya terpejam. Hanya warna langitlah yang berubah. Rio masih ingat tadi ia menatap langit sore sambil berbaring, mungkin saja ia ketiduran dan bangun ketika malam sudah tiba.
Bintang…???

Rio memandang langit malam itu. Kenapa?? Kenapa tak ada bintang disana??

Rio melirik sebelahnya. Kosong. Tak ada… tak ada lagi sahabat yang menemani di sebelahnya. Ify telah pergi. Begitu juga bintang-bintang di langit. Pergi… seakan tak ingin lagi menjadi sahabat Rio.
* * *
Rio melangkah gontai menuju kamarnya. Namun, sebuah percakapan dari ruang keluarga yang tak sengaja ia dengar menghentikan langkahnya.
“Naas banget!” Itu suara Shilla, kakaknya Rio.
“Iya ya kak, ngeri deh aku. Untung aja keluarga kita gak ada yang ke Australia. Kalo ada, bisa nangis darah aku,” Kalo itu suara Ray, adiknya Rio.
“Haduh, lebaynya dirimu,”
“Loh, bener kak. Kecelakaannya aja parah gitu, manamungkin ada yang selamat. Kalaupun ada, pasti keadaannya kritis. Gak lama lagi, is death deh.”
“Hus, jaga ucapanmu Ray,”
“Maaf deh kak. Eh, ganti chanel lain dong! Jangan berita terus…”
“Iyee… iyee…”
Rio kemudian masuk kedalam kamarnya, namun pikirannya masih melayang pada percakapan antara kak Shilla dengan Ray yang tadi ia dengar di ruang keluarga. Sebenarnya, Rio tak mementingkan hal itu. Apalagi itu adalah acara berita. Paling malas Rio mendengarnya. Namun entah, mendengar kata ‘Australia’ Rio langsung cepat antusias, dan pikirannya melayang ke Ify. Apakah Ify telah tiba di negeri impiannya??
* * *
Rio menggigit roti selainya. Kemudian, Ray datang dan duduk di sebelahnya. Ia mengambil selembar roti dan selai kacang.
“Pagi, kak Rio…” sapa Ray.
Rio tak menjawab, hanya memberi senyuman paksa di bibirnya. Sementara mulutnya masih asik mengunyah roti selai.
“Mau bareng gak io?”
Sebuah tangan menepuk punggung Rio, sontak saja Rio yang sedang mengunyah roti selai langsung tersedak. Ia langsung menyeruput air yang udah tersedia di hadapannya.
Sementara Ray dan orang yang menepuk punggung Rio tadi tertawa lepas.
“Gila lu kak! Mau bikin gua mati?” bentak Rio seusai menghabiskan air putihnya. Ia lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air.
“Hahaaa… Santai, bro.” Shilla memukul lengan Rio setelah kembali dari dapur.
Rio Cuma merengut. Ia lalu kembali duduk manis di sebelah Ray atau lebih tepatnya di hadapan Shilla.
“Kak, tau gak? Kecelakaan pesawat tadi malem yang kita tonton, masuk ke mimpi aku lohh…” ucap Ray sambil mengunyah roti selainya.
“Ah, serius? Serem dong?” kata Shilla langsung antusias sambil mengoles rotinya dengan selai. Sementara Rio cuek sambil terus mengunyah roti terakhirnya.
“Iyalah. Serem banget malah. Lagian sih kakak pake nonton acara begituan.”
“Itu berita, Ray? Kakak malah paling demen kayak gitu,”
“Halah sok tua lu kak!” ejek Rio kemudian menyeruput airnya lagi karena rotinya telah habis.
Shilla tak pedulikan celoteh Rio, lalu ia melanjutkan…
“Sebenarnya kakak tuh masih penasaran sama kecelakaan pesawat menuju Australia itu, kan belum dikasih tahu beeerrrr….”
BRRUUUSSS…!!!!

Ucapan Shilla tak sampai selesai, karena ia keburu disembur air oleh lelaki di hadapannya.
“Riiiooo… lu apa-apaan sih? Kalo mau nyembur air jangan ke gua dong, ke Ray ajahh…” rengek Shilla membentak kemudian mengelap wajahnya yang kena semburan air dari Rio dengan saputangannya.
“Lah? Kok aku?” Ray bingung.
“Heh, sorii kak. Tapi, tadi lu bilang apa? Kecelakaan pesawat? Australia? Maksudnya?” Tanya Rio gak sabaran.
“Iya kak. Pesawat menuju Australia yang take off jam 5 sore kemaren kecelakaan. Hampir semua korban tewas. Naas banget deh pokoknya,” Samber Ray sambil mengelap meja makan yang juga kena semburan air dari Rio.
Take off jam 5 sore?? Itu kan???........ Jam keberangkatannya Ify???
“Kecelakaan???” teriak Rio yang langsung bangkit dari duduknya.
Ray ngangguk-ngangguk. Shilla pun demikian.
“Kenapa?” Tanya Ray dan Shilla bersamaan.
Rio tak menjawab. Kini, pikirannya kacau entah kemana.
Ify… kecelakaan…?? Gak mungkiiin… !!!
* * *
Tuhan bila waktu dapat kuputar kembali…
Sekali lagi untuk mencintanya…
* * *
Rio menelusuri koridor rumah sakit dengan langkah cepat dan tergesa-gesa. Ia ingin cepat sampai ke ruang dimana sahabatnya berada.
“Alyssa Saufika Umari, ruang UGD, sedang buka jahitan. Tunggu saja 10 menit lagi!”
Begitulah jawaban resepsionis ketika Rio menanyakan korban kecelakaan pesawat yang bernama Ify di Rumah Sakit Harapan Bandung. Setelah mendengarnya, Rio langsung melangkahkan kaki-kaki kecilnya menuju ruang UGD.
* * *
Rio genggam erat tangan mungilnya Ify yang berbaring di hadapannya. Sebutir airmata kemudian jatuh membasahi tangan Ify. Secepat mungkin Rio mengelap airmatanya yang jatuh di tangan Ify.
“Maafin aku Fy…” ucap Rio yang tiba-tiba airmatanya mengalir kembali dari pelupuk matanya.
“Bukan kamu yang salah io,”
Rio menoleh ke sumber suara.
“Ini udah jadi takdir. Aku yang memilih jalan ini, berarti aku pula yang harus menanggung semua yang terjadi padaku,”
Rio menggigit bibirnya. Ia merasa bahwa dirinya tak becus menjaga sahabat yang dicintainya itu. Ify, sahabat kecilnya harus berbaring disana. Di rumah sakit kecil yang menerima korban kecelakaan pesawat menuju Australia. Memang Ify selamat, namun ia harus menerima kenyataan bahwa wajahnya akan cacat. Ya, wajah Ify cacat. Dan kondisinya pun masih kritis. Banyak luka di tubuhnya yang harus dijahit. Dan yang harus Ify telan pahitnya adalah kehilangan kedua orangtuanya yang tewas di tempat.
Rio membelai pelan rambut Ify, sementara Ify… ia hanya diam, sambil menatap lekat wajah sahabat yang duduk di sebelahnya.
“Tapi mungkin takdir akan berkata lain bila kau dan aku tak bertengkar kemarin hari,” ucap Rio.
“Sudahlah io. Tak usah kau ungkit masalah itu lagi. Kenyataannya sekarang udah terjadi, gak ada yang perlu disesalkan,” kata Ify mencoba tersenyum. Namun Rio bisa melihat jelas sedikit gurat kesedihan di wajah Ify.
“Fy…” Rio berhenti mengelus rambut Ify, ia kini kembali menggenggam tangan Ify.
“Aku hadir di dunia untukmu. Jadi, jangan pernah kau tinggalkan aku. Tetaplah disini bersamaku Fy. Aku mencintaimu…” ucap Rio sambil menatap wajah Ify yang penuh perban.
Ify menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis.
“Aku juga mencintaimu, io. Karena kau sahabatku,”
“Tapi aku ingin lebih dari itu,” balas Rio dengan cepat.
Ify tercekat. Ia diam, tak bereaksi apa-apa. Namun masih menatap lekat wajah Rio.
“Sejak dulu Fy, sejak dulu kunantikan sosok dirimu yang lain. Sesosok Ify yang juga mencintaiku, lebih dari seorang sahabat. Aku menanti itu Fy, aku menantinya.” Lanjut Rio.
Ify masih diam.
“Kau cinta pertamaku, Fy. Dan aku janji akan menjadikanmu cinta terakhirku juga,”
Hening kemudian. Rio tak lagi berkata, Ify pun demikian. Ia tak tahu apa yang harus dijawabnya. Ia mencintai Rio, namun rasa cintanya tak lebih dari seorang sahabat. Ify hanya menganggap bahwa Rio sahabatnya, tak lebih.
“Kau sahabatku, io” ucap Ify kemudian.
“Tapi kau cintaku, Fy.” Balas Rio tak mau kalah. Ia ingin dirinya menang. Memang, egois. Namun baginya, egois untuk cinta, apa salahnya?? Rio jujur, mencintai Ify. Dan tak ingin kehilangannya. Maka Rio pun harus egois agar bisa mendapatkan Ify, untuk menjadi miliknya.
Ify membuang mukanya. Dari sudut matanya, sebutir airmata mengalir membentuk sebuah garis di pipinya. Ify tak ingin menyakiti sahabatnya.
“Aku kini cacat, io…” ucap Ify kemudian, tanpa menatap wajah Rio. Dan suaranya, suaranya terdengar lirih.
“Kau tak mungkin akan betah hidup bersama seorang gadis yang cacat.” Lanjutnya, dan kini terdengar suara isak tangis dalam kata-katanya. Ify menangis??
“Enggak Fy…” Rio bangkit dari duduknya, agar bisa melihat wajah Ify. “Aku tak akan mungkin meninggalkanmu. Walau keadaanmu seperti ini, itu tak akan merubah semuanya. Aku tetap mencintaimu,”
Ify menoleh pelan, melihat kembali wajah Rio. Segurat keseriusan tampak jelas di wajahnya.
“Izinkan aku Fy, untuk mencintaimu lebih dari seorang sahabat. Sekali ini saja Fy…” kata Rio dengan nada datar. Kembali ia genggam tangan Ify yang tadi sempat terlepas olehnya.
Ify tersenyum datar. Entah datang darimana kemauan itu, akhirnya Ify mengangguk pelan.
Rio kembali duduk, tanpa mengalihkan pandangannya dari Ify.
“Kau serius? Ingin bersamaku?” Tanya Rio girang.
“Aku akan mencobanya…” ucap Ify lirih disertai anggukan kecil.
Rio langsung menyambar pundak Ify untuk memeluknya. Ify rasakan hangat pelukan itu. Namun apa bisa ia menjadi apa yang Rio inginkan? Ify hanya menganggap Rio sahabat, tak lebih. Ya, Ify harus mencobanya. Walau mungkin ia harus menahan perih.
* * *
Namun bila waktuku telah habis dengannya…
Biarkan cinta ini…
* * *

“Sakit io…” Ify menggenggam erat tangan Rio sambil menahan perih.
“Sabar Fy, sabar. Kamu pasti kuat,” Rio memberi support sambil terus mengejar Ify.
Ify kini dibawa lagi ke ruang UGD. Keadaan Ify kembali kritis. Dokter kembali akan memeriksanya. Berkali-kali Ify merasa perih pada bagian organ tubuhnya. Ia merasa dadanya sesak. Sulit untuk bernafas.
“Maaf, dik. Adik tidak boleh ikut masuk. Tunggu disini, berdoa agar teman adik diberi keselamatan,” ucap seorang suster menghentikan langkah Rio ketika Rio ikut masuk ke ruang UGD.
Kemudian suster itu menutup pintu ruang UGD. Rio menunggunya di luar dengan gelisah. Berkali-kali ia membatin,
Tuhan, selamatkan Ify. Jangan dulu Kau ambil nyawanya. Aku masih ingin bersamanya, Tuhan…

* * *

Rio tatap wajah gadis itu. Wajahnya pucat, sangat pucat… Akankah ini untuk yang terakhir kalinya ia menatap wajah itu? Tidak, jangan. Itu tak boleh terjadi. Rio masih ingin bersamanya. Sangat ingin… Ify tak boleh pergi darinya.
Rio membelai pelan rambut Ify. Ify sudah tidur. Sehabis pemeriksaan, dokter memang menyuruh Ify untuk tidur, agar kondisinya membaik di kemudian hari. Dan Rio, akan menemaninya malam ini. Hingga esok hari tiba…
* * *
Sinar mentari yang masuk melewati celah jendela menembus kelopak mata Rio membuatnya terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia mengulet. Dilihatnya Ify masih berbaring di hadapannya. Matanya masih terpejam. Mungkin pengaruh obat yang diberikan dokter tadi malam hingga membuat Ify masih tertidur.
Rio melangkahkan kakinya keluar kamar, ia ingin menghirup udara pagi sejenak sambil melihat para pasien rumah sakit yang dibawa pengunjung ke halaman rumah sakit untuk menghirup udara segar. Dokter dan suster pun kembali beraktivitas untuk memeriksa keadaan pasiennya satu persatu.
Hampir setengah jam lebih Rio menikmati udara pagi di luar rumah sakit. Ia kemudian melangkahkan kakinya kembali menuju kamar Ify. Ia masih menemukan sesosok Ify terbaring di ranjang. Wajahnya masih pucat. Rio mendekatinya.
“Selamat pagi, Fy…” ucap Rio pada Ify yang matanya masih terpejam.
Rio kemudian meraih tangan Ify. Namun, Rio tersentak. Tangan Ify dingin, sangat dingin. Rio mulai gelisah. Ia langsung memeriksa denyut nadi Ify, namun Rio sama sekali tidak merasakan nadi Ify berdenyut. Pula tak Rio rasakan detak jantung Ify ketika memeriksa keadaan jantungnya. Rio terduduk lemas di sebelah Ify. Perlahan airmatanya mengalir dari pelupuk matanya.
Ify telah pergi, meninggalkan dirinya. Untuk selamanya…
* * *
Biarkan cinta ini…
Hidup untuk sekali ini saja…
* * *
Kau akan selalu di hatiku untuk selamanya… batin Rio sambil menatap langit.
Rio kembali sendiri di atas bukit sana. Memandang langit sendirian, tanpa ada Ify di sebelahnya.
2 tahun sudah Ify pergi meninggalkan Rio. Meninggalkan semua kenangan tentang persahabatan mereka. Kini, Rio berdiri sendiri di atas bukit. Bersama bayangan Ify di benaknya, ia lalui hari demi hari hingga ia kini menjadi apa yang ia inginkan dahulu.
Rio akan selalu ingat, ketika Ify berada di sebelahnya, menceritakan semua tentang cita-cita dan harapannya, memberikan support untuknya, dan masih banyak lagi yang ada di ingatannya. Walau Ify telah pergi dari sisinya, tapi Ify akan selalu ada di hati Rio untuk selamanya. Begitupun sebaliknya. Walau Ify kini berada di dunia lain, pasti Rio tak akan terhapus di hatinya.
Seuntas kalung ‘Rify’ akan selalu terlingkar di leher Rio. Untuk selamanya, sebagai pertanda bahwa Rio dan Ify tak akan pernah bisa dipisahkan…


Biarkan cinta ini, hidup untuk sekali ini saja…
(Rify’s couple)
- THE END -

Kisah Ku - cerpen

by

CakkaShillaFevers

on December 22, 2012 


Ehem.. aku mau bikin Cerpen nih.. maaf ea kalau jelek.. soalnya gak berbakat bikin Cerpen.. hehehe
Langsung aja ea..

Tokoh-Tokohnya : Cakka, Oik, shilla, obiet dan angel

P.OV Cakka

Aku hempaskan tubuhku yang lelah ini ke kasur.. ku pandang langit-langit kamarku, sungguh lelah hari ku kini.. baru saja aku pulang dari sekolah ku di University
Indonesia ( UI) sekolah yang bisa dibilang luar biasa di indonesia. Aku bangga
sekali bisa masuk universitas itu, walau perjuangannya keras banget. Tapi aku
bersyukur bisa masuk sekolah itu.. Kupandangi BB ku yang ada disebelahku dan
aku raih Bb ku. Aku langsung sms ke seseorang

To : Oik my Princess ku...
Hay, princess gy apain??”.

Send Success......

Oik adalah cinta pertamaku dan terakhirku.. aku sangat menyayanginya bahkan mencintainya. Kami sudah pacaran semenjak 1 tahun yang lalu, tepatnya di hari ultah oik.. namun
sekolah yang memperpisahkan kita, menjadi hubungan kita long distance.. Oik
sekolah di UGM yogyakarta. ada sms masuk. Aku segera membacanya

From : Oik my Princess ku
Lagi.. istirahat aja nih ..
Kalau kamu??

“ Aneh.. akhir-akhir ini oik gak pernah bilang aku sayang lagi..”.Gumam ku. Aku langsung membalas sms oik

To : Oik my Princess ku
Kok gak pake sayang sih ik??
Lagi mikirin kamu princess

Setelah ku membalas sms oik. Aku menunggu balasanya sambil menghayal saat kejadian ku menembak oik saat ultahnya oik yang ke 17. hari itu, sangat hari yang terindah
sepanjang hidupku... 20 menit berlalu, oik belum membalas sms ku.. aku langsung
meneleponnya

TUTTTT-TUTTT

TTTUU-TTTUUUTT

“ Argghh kenapa gak aktif..”.Kesalku sambil membanting HP ku ke kasur

“ Minggu depan sekolah kan libur.. gue susulin sie Oik aja deh..”.


Seminggu telah berlalu

Aku langsung beres-beres bajuku ke koper dan berangkat ke jogja naik pesawat. Aku sama sekali gak ngabarin oik dulu, biar aku ingin kasih surprise ke dia..

DI JOGJAKARTA

“ Waw... keren banget disini..”.Gumamku saat melihat pemandangan yang indah saat di yogya sekitar jam 8 pagi. Ku terus jalan sambil menyeret koperku. Ku ambil alamat
rumah oik di saku jaketku.. “Jln.Kaliurang Km 6 Kelapa Sawit’ ..

BRUKKKKKK
Ya ampun aku menabrak seorang cewek manis sekali dia. Cewek itu terjatuh ke tanah

“ Eh eh maaf gue gak ngeliat...”.Kataku sambil mengulurkan tangganku

“ Iya gak papa kok..”.Jawabnya sambil tersenyum dan membalas uluran tanggan ku tadi

“ Eh liat-liat dong kalau jalan...”.Omel temen cewek itu..

“ Udah-udah angel.. lagian juga gue gak papa..”.

“ Tapi shilla tadi lho sampe jatuh gitu.. gak punya mata banget sih nie orang..”.

‘ jadi namanya shilla, manis banget dia..’.batinku

‘ enggak-enggak gue udah punya oik, gue gak boleh suka sama siapa pun lagi’.batin ku lagi

“ Maaf ea.. gue gak sengaja tadi.. lho gak papa kan. Atau ada yang sakit??”.Tanyaku

“ Enggak ada kok..”.

“ O iya kenalin gue cakka “.Kenal ku sambil mengulurkan tangganku

“ Shilla.”.jawabnya sambil menjabat tanggan ku

“ O iya.. lho pasti dari jakarta ea??”.Tanya shilla

“ Iya.. memangnya kenapa??”.Jawab ku

“ Gak papa kok..”.

“ O iya kalian tau gak alamat ini dimana..??”.Tanyaku sambil memperlihatkan secuik kertas ke mereka yang bertuliskan ‘ Jln. Kaliurang KM 6 kelapa sawit’

“ Eh.. ini kan alamat si cewek penyakitan itu..”.seru cewek yang dipanggil angel

“ Oik maksud lho??”.Tanyaku binggung

“ Iya.. nie anak yang masuk jurusan kedokteran kan, yang sering banget mimisan di kelas lagi kuliah..”.Jawabnya

“ Masa sih?? Kalian salah orang kali.??”.Tanyaku gak percaya

“ benar nie OIK CAHYA RAMADLANI kan.. gue kenal benget nie orang..”.jawab shilla

DEG-DEG
Tiba-tiba aja jantung gue berdetak sakit banget, jadi ini sebab dia yang akhir-akhir ini ngejauhin aku..

“ Lho siapanya dia??”.Tanya shilla

“ Gue pacarnya dari jakarta..”.

“ Apa pacarnya??”.Kaget mereka berdua

“ Memangnya kenapa??”.

“ Bukannya oik pacaran sama obiet ea??”.

“ Hah?? Obiet??”.

“ Iya obiet.. katanya obiet udah suka sama oik dari SMA. Terus mereka juga baru jadian berapa minggu yang lalu”.Jelas angel

Tiba-tiba aja badanku jadi lemas seketika. Hatiku mulai kacau, entah ada badai apa yang terjadi tadi sehingga ku bisa kaya begini.. Obiet, dia sahabat aku sama oik waktu SMA.
Obiet juga sudah tau kalau ku pacaran sama oik, tapi kenapa dia menusukku dari
belakang dengan pacaran sama oik..

“ Lho gak papa kan??”.Tanya shilla

“ Gak papa kok.. “.

“ Bisa anter gue kerumah oik gak sekarang??”.

“ Bisa aja sih.. tapi lho yakin??”.jawab angel

“ Iya.. anter gue sekarang..”.tegas ku

“ Ya sudah ayooo...”.

Setelah aku menempuh waktu sekitar 20 menit pakai mobilnya angel. Tibalah aku dirumah oik. Aku langsung mengetuk rumah oik

Tokk-Tokkk

“ Permisi...”.

“ Eh nak cakka....”.Ucap seorang ibu yang tak lain itu ibunya oik setelah membuka pintu rumahnya

“ Iya tante.. oiknya ada??”.

“ Ada kok dikamar.. masuk aja ka..”.

“ Baik tante...”.

Aku pun langsung masuk ke rumah oik tanpa memperdulikan shilla dan angel, dan aku langsung ke kamar oik yang ditunjukan oleh nyokapnya oik. Saat aku membuka pintu kamar
oik..

JEEDDDEEEEERRR

Hati ku seakan dicabik-cabik oleh pisau tajam. Saat aku melihat orang yang sangat ku cintai tengah terbaring lemah dengan disampingnya ada obiet yang sedang menggengam
tanggan oik..

“ O...oik”.Gumam ku. Oik dan obiet pun meliha ke arahku. Obiet langsung melepas tanggan oik

“ Cakka..”.

“ Eh.. lho cak, kok lho disini??”.Tanya obiet gugup

“ malahan gue tanya ke elo, ngapain lho disini sama oik..”.Tanya cakka balik sambil mendekati obiet

“ Cakka kamu tenang dulu, gue bisa jelasin ini ke lho..”.Seru oik lemes

“ Jelasin apa?? Lho sama obiet pacaran kan.. jawab aja deh ik, jadi selama ini lho mulai ngejauhin gue karena lho udah selingkuh dibelakang gue gitu.. “.Tegas cakka

“ Uhukk-Uhukkk. Gak gitu cakk. Gue mau lho denger alasan gue. Uhukk-Uhukk.”.Lirih oik sambil batuk dan ditutupi oleh tangganya

“ Ik.. tanggan lho..”.Seru obiet yang melihat tanggan oik ada darahnya saat oik batuk tadi... Oik langsung beranjak dari tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi

“ Oikk lho kenapa??.”Tanyaku khawatir sambil mengikuti oik

“ Uhukkk-Uhuukkk”.Batuk Oik di wastfle kamar mandinya

“ Ik lho sakit apaan??”.Tanyaku.
Oik sama sekali tidak menjawab pertanyaan ku.. ia terus memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘ ya allah kenapa sama oik.. ‘.batinku

“ Ik, ini lho minum dulu obatnya..”.
obiet menyodorkan sebuah butur-butur obat yang sepertinya aku kenal obat semacam itu.. aku terus pandangi obat itu sesekali aku memejati bahu oik. Oik langsung meminum obat
itu.. ‘ obat apa itu.. sepertinya gue kenal jenis obat itu deh’.batinku

“ Lho istirahat dulu ik.. biar enakan badan lho..”.suruhku sambil merangkul oik dan membantunya ke kasur.. aku baringkan oik dikasurnya. Setelah itu aku langsung menarik
tanggan obiet keluar dari kamar oik...

“ Obat apa itu, biet??Tanyaku serius. Namun obiet langsung mengumpeti obat itu disaku celanannya

“ Sini kan obatnya.. gue pengen liat, biet..”.Paksaku

“ Lho gak boleh tau tentang obat ini.. Cuma oik, gue dan keluarganya aja yang tau..”.

“ Tapi gue itu pacarnya.. jadi gue berhak tau soal ini biet..”.

“ Enggak.. lho bukan pacarnya oik lagi. Gue lah sekarang yang resmi jadi pacarnya obiet bukan lho..

BUUUUKKK
Aku memukul pipinya obiet hingga mengeluarkan darah segar di ujung pipinya... hingga obiet jatuh ke lantai

“ Cakka. Cakka ada apa ini??”.Tanya shilla yang sepertinya panik

“ Bukan urusan lho shill..”.

“ Heh.. gue sama oik udah pacaran selama 1 tahun.. jangan mimpi deh lho bisa dapetin oik...”.Tegasku sambil menuding mukanya obiet

“ Ada apa ini ?? Kenapa kamu memukul obiet..”.

“ ini tante.. dia mengaku-ngaku jadi pacarnya oik.. padahal kan saya sudah 1 tahun pacaran sama oik, seenaknya banget dia ngomong kaya gitu tante...”.

“ apa kamu tidak tau kalau oik sama obiet tante jodohkan??”.

‘ apa dijodohin.. gak mungkin banget...’.batinku

“ Gak mungkin lah obiet sama oik dijodohin. Jangan bercanda deh tante..”

“ Tante gak bercanda kka .. dan mulai dari sekarang jauhin oik, dan gak usah kesini lagi ea nak cakka. Karena disini sudah ada obiet yang setia nungguin oik sampai kapan
pun..”.Kata mamahnya oik

“ Tapi tante.. gimana pun cakka sama oik belum ada kata putus diantara kita tante...”.Kataku bersikeras agar masih bisa tetap disamping orang yang paling gue cinta

“ Kalau gitu, mulai sekarang putuskan hubungan kalian. Ini demi kebaikan oik cakk.. dan sekarang kamu keluar dari rumah tante..”.

“ Gak tante...”.

“ Cakka keluar dari rumah tante sekarang dan jangan kembali kesini lagi..”.kata mamahnya oik sambil menyeretku keluar dari rumahnya. Hingga aku terjatuh di teras rumah oik
karena didorong oleh tante..

“ Shilla angel. Bawa cakka pergi dari sini. Jangan biarkan cakka menginjakan kakinya disini lagi...”.Suruh maamhnya oik kepada shilla dan angel. Sementara angel dan shilla
hanya menatapku dengan tatapan sedih..

“ Baik tante.. cakka ayo kita pergi dari sini..”.Ajak shilla. Namun ku menggelengaknan kepala ku..

“ enggak shill.. gue pengen disini, nungguin oik keluar dari rumah dan ngomong sama gue...”.

“ tapi cakka .. lho udah denger sendiri kan kata tante apa.. lebih baik kita pulang aja deh.. biar gue jelasin semuanya tentang oik dirumah gue...”.tawar shilla. Aku sempet
berfikir sebentar. aku pun mengganguk dan masuk ke mobil angel..

***
Aku duduk di sebuah kursi yang bersebelahan dengan kolam ikan rumah shilla.. ku rasakan dinginnya malam yang membuat aku mengenakan jaket ditubuhku ini.. aku rasakan angin yang
mudahnya bertiup ke arah mana saja.. ku pandangi bintang-bintang yang
bertaburan dilangit, indah sekali malem ini tapi tak seindah hatiku ini...
tiba-tiba saja shilla datang sambil duduk disebelah ku..

“ Shilla..”.Kataku

“ Heyy.. kok lho disini sih.. disini kan dingin banget..”.Jawabnya sambil terseyum manis

‘ manis benget senyumanya..’.batinku ngaco

‘ eh engak.. aduh pikiranku kenapa kacau begini...’.batinku sambil memukul kepalaku

“ lho kenapa cakk?? Pusing??”.Tanya shilla khawatir. Aku menggeleng

“ Mm.. enggak kok shill..”.

“ lho masih kepikiran tentang oik??”.tanyanya

“ iya shill.. apa gue gak punya harapan lagi ea untuk bisa dapetin oik...”.jawabku lesu. Aku seperti tak punya semangat hidup lagi tanpa oik.. tanpa oik hidupku seperti
tidak punya tujuan hidup lagi..

“ Menurut gue ea.. oik itu anaknya baik, ceria, dan ramah.. Cuma dia sering banget sakit di kampus.. dan gue liat-liat dia sama sekali gak pernah yang namanya tebar pesona
sama siapa pun. Padahal dia itu salah satu cewek yang diidamanin cowok-cowok di
kampus.. dan menurut gue, oik itu masih sayang deh sama lho.. tapi karena dia
dijodohin sama mamahnya itu, dia jadi nurut.. tapi gue yakin dia masih sayang
kok sama lho. Gak mudah lhoo pacaran selama 1 tahun cakk.. harus butuh
keyakinan satu sama lain”.katanya panjang lebar

“ Bener juga kata lho shill.. ternyata lho dewasa juga ea. Disangka gue lho itu sama sekali gak ngerti apa yang namanya cinta..”.candaku

“ Semua orang pada ngeremehen gue tentang cinta sihh.. padahal gue pernah ngalamin itu juga. Dan rasanya sakit..”.Curhat shilla lesu

“ cerita dong ke gue.. gue siap kok denger curhatan lho ...”.

“ Ini Cuma lho doang yang tau ea cakk”.aku mengganguk ngerti

“ dulu waktu gue masih kelas 3 SMA gue pacaran sama anak yang namanya alvin.. cowok itu adalah first love gue dari kecil.. gue pacaran sama dia selama kurang lebih 6 bulan..
semua orang bilang kalau hubungan gue itu langgeng dan harmonis.. tapi gak
untuk gue kka...”.

“ Lhoo kok beda sendiri sih.. kenapa??”.

“ karena, sepanjang gue pacaran sama alvin, yang gue dapetin bukan ketentramaan tapi penyiksaan yang dilakuin alvin ke gue cakk.. gue gak punya salah apa-apa di
tampar, gue deket sama temen cowok gue di tampar juga.. serba salah gue kka..”.

“ kenapa lho masih mempertahaninnya?? Kalau gue jadi lho, pasti gue bakal putusin dia dari awal...”.

“ awalnya alvin itu baik sama gue cakk.. tapi saat 2 bulan kesananya dia berubah jadi psikopat..”

“ Apa?? Psikopat...”.Kagetku

“ Iya... hiks..hiks.. dan karena ulahnya, dia sekarang sudah ada di atas.. bersama ortunya yang udah meninggal saat ia masih kecil”. tiba-tiba aja shilla
menangis, aku binggung harus nenanggin dia kaya gimana.. aku sandarkan kepala
shilla ke bahuku.. aku rela kan bahuku untuk buat sandarannya..

“ Lho boleh pake bahu gue buat tempat lho nangis.. gue siap kok minjemin bahu gue ke elo shill..”.kataku

“ thanks cakka”

“ sama-sama, maksud lho ulahnya gimana??”.. Tanyaku gak ngerti

KILAS BALIK
P.O.V Shilla

Aku terduduk di sebuah kursi di taman sambil ngeliat langit-langit yang membentuk sebuah pelangi yang indah.. tiba-tiba aja ada seseorang yang menghampiriku...

“ Hay shilla...”.sapa iel sambil duduk disamping aku

“ hay juga iel.. lho ngapain kesini??”.Tanyaku

“ Lagi pengen nemenin lho aja.. kok lho sendiri aja.. Alvin mana..”.

“ Alvin lagi sibuk sama urusannya sendiri..”jawabku lesu

“ jangan sedih gitu dong.. kan masih ada gue yang selalu ada diket lho, walau pun gue bukan pacar lho shill..”.

“ makasih ea iel.. lho baik banget sama gue...”.

“ Iya sama-sama..”. tiba-tiba aja alvin dateng denga muka yang emosi banget..

PLAKKKKK
Alvin menampar gue

“ Apa-apaan lho vin.. seenaknya aja nampar shilla..”.Omel iel

“ Ini bukan urusan lho ea.. dia cewek gue, jadi terserah gue mau ngapain dia juga...”.

BUKKKK
Iel memukul alvin. hingga alvin jatuh ke tanah

“ Iel cukup iel.. gue udah gak papa kok..”.Leraiku. namun iel terus memukul pipinya alvin. alvin pun langsung beranjak dan mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya..

“ Alvin jangan itu berbahaya...”.

“ diam lho shill.. apa mau lho gue bunuh hah??”.Alvin terus memainkan pisaunya ke arah ku.. aku terus mundur sambil ketakutan

“ Vin.. gue mohon, masalah ini masih bisa kan dibicarain baik-baik”

“ lho selalu aja selingkuh di belakang gue shill.. dan sekarang lho harus mati, biar lho gak nyakitin hati gue lagi...”.

“ Vin-alvin jangan... dia itu cewek lho vin, ngapain lho bunuh dia...”.kata iel

“ kesabaran gue udah habis shill.. rasakan ini....”. Aku langsung menutup mataku dengan kedua tanggan ku.. aku pasrah kalau aku akan mati disini

SEEEEPPPPHH

Kenapa aku tidak merasakan sakit apa-apa.. ku buka pelan-pelan mataku... ASTAGA alvin.. dia sudah berlumuran dengan darah segar yang mengalir di tubuhnya

“ Alvinnnnn...”.Teriakku sambil menangis sejadinya sambil mengengam tangganya erat

“ shill, sorry gue... gue ngebunuh pacar lho.. “.kata iel tertunduk

“ S....ila... gu..e min..ta maa..f .. gu..e udah kasar sa...ma lho.. ma...afin gue shi..ll ...”.

“ Gue udah maafin lho vin.. gue mohon lho bertahan ea.. gue bakal bawa lho ke RS .... hiks..hiks..”.

“ Gak u...sah shill.. benta..r lagi gu..e baka..l ketemu or..tu gu..e di sur..ga. Sela..mat tingga..l shilla..”.Alvin pun menghembuskan nafas terakhirnya.. aku terus
menangisi kepergiannya

“ Jangan tinggalin gue alvinnn..... “.Jeritku

“ Shilla udah.. alvin udah tenang disana..”.Ucap iel. Aku melirik ke arah iel sinis

“ Puass lho udah bunuh pacar gue hah.. ini kan yang lho mau dari dulu...”.

“ Enggak shill. Tadi gue ngelindungin lho biar lho gak dibunuh sama alvin..”.

“ BENCI gue sama lho iel...”.

Alvin pun langsung dimakamkan disamping makam kedua orang tuanya.. aku merasakan kehilangan sekali, walaupun alvin selalu menamparku.. tapi rasa sayang itu gak
pernah hilang dari hatiku sampai kapan pun. Sampai aku bisa menemukan penggantinya..

KILAS BACK

“ jadi itu sebabnya cowok lho jadi meninggal.sorry ea shill gue jadi ngingetin lho sama alvin ..”.

“ iya gak papa kok.. gue udah mulai ngelupain dia secara perlahan-lahan...”.

“ Mmmm ganti topik aja deh.. Lho tinggal sendiri aja disini shill??”.Tanyaku. shilla langsung mengangkat kepalanya dari bahuku

“ Gue ke yogyakarta Cuma hanya untuk liburan sama angel. Angel tinggal di neneknya, dan gue tinggal di kontrakan bokap gue yang ini..”.

“ Ohh gitu.. memangnya lho tinggal dimana??”.

“ Gue tinggal di jakarta.. sama kaya lho..”.

“ O iya.. kok gue gak pernah ketemu lho ea...??”.

“ Hallo cakka.. jakarta tuh luas lho kira kecil apa..”

“ eh iya-ya.. bego banget gue. terus kapan lho bakal balik lagi ke jakarta??”

“ sampai gue bisa ngelupain alvin dan memulai kehidupan baru..Kalau lho??”.

“ Sampai ada kepastian langsung dari oik, kalau dia bakal ninggalin gue..”.

“ Lho tuh cowok baik kka.. jarang cowok yang sifatnya kaya lho.. “.Ucapnya sambil tersenyum

“ Bisa aja lho shill..”.Jawabku malu

“ beneran gue gak pernah bohong.. lho tuh udah ganteng, cakep, keren, baik, setia sama pacar lho dan juga beda sama cowok lain kka..”.

“ Udah ah.. nanti hidung gue terbang lagi..”.Kataku sambil memegang hidungku

“ Hahaha.. mana bisa hidung lho terbang cakk.. “

“ Bisa aja..”

“ Hahahaha..”. Aku dan shilla tertawa bareng

Aku nikmatin malam ini dengan suasana yang sejuk bersama shilla.. biarkan hati ku yang masih kacau ini karena oik, tapi aku yakin aku masih bisa cari solusi dan keluar dari
masalah ini.. semakin lama, semakin larut malam, aku dan shilla mutusin untuk
masuk ke dalam rumah, karena udaranya sangat dingin sekali dan aku pun sudah
lelah. Aku putuskan untuk tidur di rumah shilla ini..

**
Sinar matahari yang menyengat membangunkan aku dari tidurku yang nyenyak ini.. aku kerjap-kerjapkan mataku.. aku lirik jam dinding di kamar ini. Jam 8.00.. ya
ampun gue kesiangan.. aku pun langsung beranjak dari kasurku dan menuju ke
ruang tamu..

“ Hay shilla..”. Sapa ku ke shilla yang lagi nyiapin makan pagi

“ Pagi juga cakk.. baru bangun lho jam segini...”.

“ hehe.. iya, gara-gara semalem tidurnya malem banget shill”.

“ Ea udah, kita makan dulu yukk. Setelah itu kita jalan-jalan gimana..”.

“ Boleh tuh.. “. Aku dan shilla pun memakan roti yang disediain sama shilla di meja. Setelah itu aku bersiap-siap dan berangkat mengelilingi yogyakarta memakai mobil angel.
Kebetulan angel juga ikut..

“ Eh.. ke candi borobudur aja gimana??”.Kata angel yang masih fokus sama jalan

“ Setuju...”.Jawabku bareng sama shilla

“ Eh ngel, lho bawa kamera SLR lho kan..”.Tanya shilla

“ Ada tuh.. di tas gue..”.

Sampailah ditempat tujuan.. indah banget pemandangannya..

‘ belum pernah gue ngeliat pemandangan yang sejuk kaya gini...’.batinku

“ Hey.. jangan ngelamun.. kesana yuk..”.Ucap shilla langsung narik tangan ku..

DEG-DEG-DEG

‘ Ya ampun kenapa sama diri gue.. tenang cakka..’.batinku

“ Cakk.. foto-foto yukk”.ajak angel

“ yukk...”.

Kami pun berfoto-foto ria. Melupakan masalah yang sedang kami hadapi sekarang. Angel terus foto-foto dengan gaya narsisnya.. ‘ cewek narsis’.batinku.. walaupun aku baru
kenal sama mereka, tapi mereka udah kaya sahabat-sahabat gue sendiri..

“ Pulang yukk.. gue capek nih..”.kata shilla yang mukanya sudah lelah banget

“ Mau gue gendong gak shill???”.Tawarku

“ Gue berat cakk.. enggak usah lah..”.

“ Udah ayoo...”. aku pun langsung jongkok. Dan shilla pun naik di punggung ku...

“ Cieee.. so sweat banget sih...”.Goda angel

“ Apaan sih lho ngel.. udah yuk pulang...”.ajakku

“ Eh.. beli oleh-oleh dulu...”.

“ ya udah deh...”.

Gak tau kenapa aku berasa nyaman di deket shilla. Shilla anaknya ceria, padahal baru saja ia ditinggalin sama cowok yang dia sayangin banget.. aku jadi kagum sama shilla.
Aku, shilla dan angel terus menyusuri toko-toko kecil yang menjual barang
hias.. shilla banyak banget membeli barang angel pun juga gak kalah banyaknya..

“Hhuuuffftt capeknya gue...”.Aku baringkan tubuhku di kasur setelah ku sampai dirumah

That should be me holding your hand
That should be me making you laugh
That should be me this is so sad

085710***** Calling

“ Siapa nih??”.Gumam ku. Aku langsung mengangkatnya..

“ Hallo”sapa orang yang disebrang sana..

“ Hallo.. ini siapa ea??”.Tanyaku

“ Nie gue obiet cakk. Gue mohon lho sekarang kerumah sakit.. kondisi oik kritis sob..”.

“ Apa??”.

“ Oik terus manggil-manggil nama lho sob.. cepet lho kesini…”.

“ Okeh ge kesana.. dimana alamatnya??”.

“ Jln. Mawar no 123. rumah sakit cipto.. ”

“ okeh gue kesana..”.aku pun langsung mematikan telpon dari obiet dan bergegas pergi.. namun baru sampai di depan pintu

“ Mau kemana lho cakk.??”.Tanya angel

“ Gue mau ke rumah sakit. Kondisi oik sekarang kritis..”.Jawabku panic

“ Ya udah kita ke sana aja naik mobil lho ngel..”.kata shilla panic

“ Ya udah yuk..”.

“ sorry ngel.. gue ngerepotin lho terus.. “.

“ gak kok.. nyantai aja sama gue mah..”.

Aku, shilla dan angel pun langsung bergegas ke rumah sakit yang dimaksud obiet.. setelah sampai di RS. Aku langsung mencari kamar UGD. Karena sebelumnya obiet sms kalau oik dirawat di UGD. Sebelum masuk
kamar rawat oik, aku harus memakai pelindung tubuh, agar tidak tertular

“Oikkk..”.Ucapku langsung lari dan mendekati oik yang sedang terbaring lemah di kasur..

“ ik lho kenapa??”.Tanyaku panic sambil membelai rambut oik yang halus

“ penyakitnya nambah parah cakk..”.gumam obiet.

“ penyakit apa yang lho maksud??”.

“ Oik mengidap.. penn.. yakit kanker otak stadium akhir..”.kata mamahnya oik terisak..

“ Apa tante.. gak mungkin, oik tuh sehat.. dia gak pernah sakit sewaktu SMA tante..”.kataku yang tak terasa air mataku jatuh..

“ itu waktu SMA.. tapi saat kuliah, dia selalu pingsan dan merasakan sakit di kepalanya.. dan itulah penyakitnya..”.jelas obiet

“ kenapa lho gak bilang ke gue biet.. gue pacarnya dan berhak tau masalah ini..”.Omelku dengan nada bentak

“ cakka.. tenang ini rumah sakit..”.kata shilla sambil menenangkanku

“ maaf cakk.. gue gak pecus jaga oik.. “.

“ percumah lho minta maaf ke gue. Gak ada hasilnya biet.. nasi sudah jadi bubur.. hiks..hiks..”. tiba-tiba aja tangan oik bergerak

“ Ik.. sadar ik.. nie gue cakka..”.katku sambil genggam tangan oik erat. Perlahan-perlahan oik membuka kedua matanya

“ Oikkk..”.kataku

“ Cakka..”.

“ iya nie gue cakka ik.. lho sadar akhirnya sadar juga..”.kataku terisak. Tiba-tiba tangan oik menghapus air mataku yang ada di pipi ku

“ jangan nangis lagi ea…”.kata oik sambil tersenyum

“ gak kok, gue gak bakal nangis lagi..”.jawabku

“ Kka.. maafin gue kalau gue udah ngegantungin hubungan kita. Kalau gue boleh jujur, gue sayang banget sama lho kka.. tapi gue bukan cewek yang baik buat lho, gue gak pantes buat lho kka.. maafin gue, gue harus
pergi cakk..”.kata oik terisak

“ Lho gak boleh pergi ik.. gue gak mau kehilangan lho..”.

“ tapi ini udah takdir hidup gue sampai hari ini aja cakk..”.

“ suuttss.. kamu ini ngomong apaan sih ik?? Jangan bilang kaya gitu dong..”.ucap mamahnya oik

“ Mah, biet, shill, ngel, cakk.. maafin gue kalau gue punya salah.. dan maaf banget kalau gue sering ngerepotin lho semua.. tapi gue hatus pergi, gue mau ikut sama papah..”.

“ Enggak nak.. kamu gak boleh ninggalin mamah.. mamah Cuma punya kamu aja dan gak ada siapa-siapa lagi selain kamu.. hikss.hiks..”.

“ mamah jangan nangis ea.. oik bakal selalu ada di deket mamah terus kok.. Selamat tinggal semuanya..”.Kata oik yang mulai menutupkan matanya

“ Ik, jangan pergi ik.. gue sayang sama lho.. jangan tinggalin gue..”.Ucapku

TUTTTTTTT
Mesin penanda detak jantung oik itu pun menunjukan kalau oik sudah tiada

“ Oikkkkk…”.jeritku

“ Sabar ea kka..”.seru shilla sambil ngelus-ngelus pundakku

“ Oikkk.. jangan ninggalin mamah nak.. hiks..hiks..”.Lirih mamahnya oik

“ Tante.. yang sabar ea.. oik udah tenang disana..”.kata angel

Semenjak kejadian kalau oik ninggalin aku.. aku menjadi sosok cakka yang pendiam dan tak mau bicara sedikit pun terkecuali shilla dan angel. Aku semakin lama akrab dengannya dan aku menemukan sosok oik ada ditubuh
shilla..

6 tahun sudah.. aku sudah menjadi seorang Ir.Drs.Cakka Kawekas Nuraga.. dan aku juga sudah mengaitkan sebuah hubungan khusus dengan Ashilla Zahrantiara, cewek yang ku temuin di yogyakarta.. hari ini tanggal 18
agustus tepatnya hari ultah ku.. aku akan bertunangan dengan shilla

“ Ehemm.. sebelumnya terima kasih pada para undangan yang mau menyempatkan diri untuk datang ke acara ulang tahunku yang ke 28 tahun dan juga sekaligus acara tunangan ku dengan ashilla zahrantiara..”.Ucapku di atas
panggung

“ Nah sekarang acara tunangannya silahkan dimulai..”.ucap MC itu

Aku pun langsung memasangkan cincin ke jari shilla, begitu pun dengan shilla. Setelah itu aku langsung mencium kening shilla lembut. Shilla hanya tersenyum. Selanjutnya banyak orang-orang yang menyalami ku..

“ selamat ea cakk.. jaga nih sahabat gue yang satu ini.. “.Ucap angel sambil salaman denganku

“ Okeh ngel.. gue bakal jaga kok sahabat lho yang cantik ini..”.Jawabku sambil tersenyum jail ke shilla

“ apaain sih kamu beb..”.Ucap shilla malu

“ Selamat ea cakk shill.. moga langgeng deh..”.kata kiki pacarnya angel sambil salaman denganku dan shilla

“ Gue belom nikah bodo.. baru mau aja..”.Jawabku

“ hehe.. iyalah, nanti juga bakal nikah..”.

“ Thanks ea ki, ngel.. dah mau datang..”.Kata shilla

“ ea harus datang dong, kalau buat sahabat gue yang satu ini mah..”.

“ Bisa aja lho..”.

“ eh gue ke bawah dulu ea.. udah ngiler sama makanannya..”.

“ iya-iya udah sono makan.. sekalian piringnya lho makan juga..”.candaku

“ ihh.. jahat bener lho cakk. Kalau gue gak inget lho punya shilla mah, udah gue gebukin lho..”.

“ udah sono pergi..”.usirku

“ iya-iya..”.

“ Cakk..”.Panggil shilla. Aku langsung menengok

“ ada apa sayang??”.Tanyaku lembut

“ aku melihat Alvin dan oik disitu..”.katanya sambil menunjuk kearah bawah panggung yang terlihat sepi dilewati orang

“ iya.. itu mereka..”.

“ kayaknya mereka jadi sepasang kekasih deh disana cakk.. keliatan banget kalau mereka tuh serasi..”.

“ iya.. mereka sangat serasi ea…”.

“ iya.. aku seneng ngeliat mereka seperti itu, ternyata disurga aja masih bisa kaya gitu ea..”.

“ Iya sayang.. aku udah gak sabar nih nikah sama kamu…”.

“ Sabar dulu dong beb.. tunggu aja 1 minggu lagi..”.

“ iya deh, aku tunggu.. demi kamu apa sih yang enggak..”.

“ GombaLLL…”.

“ Ihh lucu deh kamu..”.kataku sambil mencubit pipi shilla

“ Ihh jailll ea..”

“ hehehe”.

1 minggung kemudian.. aku sudah resmi menjadi suami shilla. Aku seneng banget bisa punya istri seperti shilla yang baik dan nerima aku apa adanya.. dan beberapa bulan ini, aku merasakan ada yang aneh dengan shilla

“ Hooekhh.. Hoekkhh”.Shilla terus memuntah dan di westevel..

“ kamu kenapa sayang??”.Tanya ku lembut

“ Nggak tau nih, kenapa perut ku.. sering mual mulu ea..”.Jawab shilla sembari membasuh mulutnya dengan air lalu mengelapnya pake tissue westevel

“ Ke dokter aja yukk?? Nanti kamu kenapa-kenapa lagi??”.Suruhku khawatir

“ gak usah kka.. paling juga Cuma mual atau masuk angin biasa..”.tolakknya

“ sudah ayoo.. lagian juga kamu hanya diperiksa saja kok..”.

“ tapi…”. Aku langsung menarik tanggan shilla ke luar kamat mandi dan bergegas ke rumah sakit

DI RUMAH SAKIT

“ Bagaimana dok, keadaan istri saya..”.Tanyaku. dokter itu malah mengulurkan tangganya

“ selamat ea pak cakka.. bentar lagi anda akan menjadi seorang ayah ..”.Ucapnya.

“ Apa dokter.. dokter serius..??”.Tanya ku

“ Iya..”.Aku langsung menjabat tanggan dokter itu dengan senang.

“ terima kasih dok..”.

“ berterima kasihlah pada tuhan yang udah kasih sang buah hatike anda”. Aku hanya mengganguk dan tersenyum. aku langsung samperin shilla yang masih diranjang kasur RS itu.. aku langsung memeluknya erat

“ aduhh.. cakka kamu kenapa??”.Tanya shilla binggung. Aku malah mempererat pelukan ku

“ makasih ea sayang.. “.

“ makasih untuk apa??”.

“ bentar lagi aku bakal jadi seorang ayah.. dan kamu bakal jadi seorang ibu..”.ucapku sambil melepas pelukanku

“ Mm..maksud kamu.. aku hamil ??”.aku mengganguk

“ Aaa.. aku seneng banget sayang..”.

“ jaga anak kita baik-baik ea..”.kataku

“ pastinya dong sayang…”.

Berapa bulan telah berlau.. usia kandung shilla juga sudah mulai membesar. Dan saat tanggal 20-12-2012 aku sudah menjadi seorang ayah.. aku mempunyai seorang anak cowok yang mungil, lucu dan imut dan aku beri nama
yaitu ‘RAKKA ASH NURAGA’. Sekarang hidupku sudah harmonis dengan shilla dan
kedatangan sang buah hati.. masalah angel dan kiki mereka juga sudah menikah,
obiet pun juga sudah menikah dengan seorang gadis yang bernama keke..